ITS News

Selasa, 12 Agustus 2025
20 Maret 2012, 15:03

Antasena, Jagoan Baru dari Dunia Pewayangan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Persiapan matang telah dilakukan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam tim Antasena. Mereka tak lain adalah mahasiswa dari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Teknik Mesin dan Mekatronika PENS. Pembatasan kendaraan penyebab macet dan polusi udara di Indonesia konon menjadi awal tercetusnya penggarapan mobil mungil satu ini. ”Antasena merupakan kendaraan yang hemat energi,” tutur Achmad Fachrudin selaku penanggung jawab Antasena.

Antasena sendiri merupakan kendaraan dengan bahan bakar hidrogen yang mengalami proses elektrolisis sehingga dapat menghasilkan energi. Hidrogen dipilih sebagai bahan bakar tak luput dari perhatian tim Antasena pada sumber bahan tambang dunia yang semakin menipis.

”Konsep Antasena ini telah ada sejak tahun lalu,” ungkap Fachrudin yang juga merupakan Ketua Biro MTC. Untuk bisa mewujudkan Antasena ternyata harus melalui jalan yang panjang. Ia dan tim harus bekerja ekstra keras. Walau sempat putus asa, namun dengan didampingi oleh Sutarsis ST MSc Eng, konsep Antasena akhirnya mendapat restu.

Sutarsis maju membawa draft Antasena ke Pembantu Rektor I, Prof Dr Ing Herman Sasongko, dan meminta agar Antasena segera direalisasikan. Dan mujur, akhirnya proposal pembuatan mobil tersebut disetujui dan didanai.

Di Shell Eco Marathon yang akan dimulai (4/7) 2012 di Sepang Malaysia itu, Antasena akan bersaing dengan 20 tim lain yang juga dari Indonesia. Uniknya, Antasena merupakan satu-satunya mobil yang memakai bahan bakar hidrogen. Tak hanya itu, karbon fiber yang dipakai Antasena pun semakin menambah nilai plus. Bahan tersebut membuat bobot ini menjadi ringan. Bayangkan, mobil kecil satu ini hanya berbobot 40 kilogram. ”Keunggulan lain Antasena yaitu memakai hub motor yang efisiensinya mencapai 94 persen,” imbuh Fachrudin.

Desain mobil yang lancip membuat sistem aerodinamika mesin menjadi bagus. Dengan desain seperti itu membuat gaya gesek mesin dengan udara menjadi sedikit. Tak ayal, desain mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Ariza Fajri dan Denis Firmasyah, ini dapat melaju tanpa hambatan.

Sampai saat ini, progres pembuatan mobil telah mencapai 60 persen. Bagian rangka mobil saat ini tengah dikerjakan di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi. Sedangkan bagian sensor-sensor penggerak dibuat di PENS. ”Untuk selanjutnya hanya tinggal merangkai mobilnya saja,” tambah Fachrudin.

Tim inti yang terdiri dari delapan orang teknis dan empat orang non teknis ini menargetkan pertengahan April nanti, Antasena telah rampung digarap diluar fuel cell-nya. Hingga dapat berbentuk mobil yang sempurna pada awal Mei mendatang.

Melahirkan Antasena ini, ITS harus menyisihakan uang yang cukup besar. Tak kurang Rp 65 juta pun mengucur untuk keperluan pembuatan mobil cilik ini. Termasuk mendatangkan mesin langsung dari Swiss. Meski begitu, belum berlaga, Antasena sudah menarik perhatian sejumlah pihak untuk menanamkan sponsorship. Seperti perusahaan Bukit Asam, PT. Garuda Indonesia dan Sasa Inti.

Setelah selesai kompetisi Shell Eco Matathon nanti, tim Antasena berharap agar kendaraan tersebut dapat diproduksi secara massal. Serta dapat digunakan sebagai kendaraan seperti mobil ESEMKA.

Di Balik Nama Antasena
Antasena sebagai branding mobil ini bukan sembarang nama. Pasalnya, nama Antasena sengaja dibesut dari  tokoh pewayangan Jawa. Antasena tak lain merupakan putra bungsu Bimasena, serta saudara lain ibu dari Antareja dan Gatotkaca. Bukan main-main, Antasena di kisah pewayangan memiliki keunggulan menyelam di air.

Karena keunggulan itulah, maka nama ini diusulkan oleh Wipri Alma, mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi angkatan 2007, sebagai nama kendaraan tim tersebut. ”Pemilihan nama dari kendaraan ini memang dilakukan dengan kopyokan,” ujar Fachrudin. Setelah melakukan voting, maka nama Antasenalah yang akhirnya digunakan untuk kendaraan unik ini. (sha/fz)

Berita Terkait