Dalam rangka memperoleh pengakuan internasional, kualitas suatu perguruan tinggi adalah parameter utama. Riset tetap menjadi kekuatan dan ukuran utama perkembangan suatu perguruan tinggi, tidak terkecuali di ITS. Sebab, riset menjadi indikator pengembangan teknologi yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tersebut.
Hingga saat ini, ITS memang tengah giat-giatnya melakukan pengembangan riset. Peranan vital program pascasarjana untuk membangun pengembangan riset pun menjadi perhatian utama. Seperti yang tertulis dalam Renstra, pemberdayaan pascasarjana tengah menjadi fokus dalam Renstra akademik.
Tercetusnya program Lab Bases Management atau manajemen berbasis laboratorium adalah bukti lain kiat ITS dalam mengembangkan risetnya. Laboratorium akan menghasilkan riset yang mengarah pada peningkatan pembelajaran dan kreativitas mahasiswa. Dengan demikian dapat terwujud Student Centre Learning.
Namun sungguh disayangkan, karena baik kualitas dan kuantitas program tersebut tidak diimbangi dengan animo para mahasiswa. Setiap tiga tahun, hanya ada 60 orang mahasiswa yang mendaftar. Jumlah yang sedikit berakibat pada ditiadakannya proses seleksi. Hal ini berakibat pada terhambatnya pengembangan riset lewat program yang dicanangkan para petinggi-petinggi ITS.
”Wes ngene ae (Sudah seperti ini saja), tidak usah macam-macam, timbang ciloko (daripada celaka, red),” pemahaman sebagian besar kalangan di ITS. Hal ini berdampak pada anggapan bahwa Renstra hanyalah sebuah rutinitas, bukan sebagai target yang harus dikejar.
Usaha nyata untuk membuktikan kualitas ITS sebagai sebuah institusi pendidikan berbasis teknologi menjadi tanggung jawab setiap elemen kampus ini. Kontribusi ITS dalam mewujudkan kemandirian teknologi nasional ibarat harga mati yang menentukan keberadaan ITS itu sendiri.
Di Eropa misalnya, perguruan tinggi kerapkali menjadi tumpuan negara dalam mewujudkan kemandirian teknologi. Sebab, kontribusi nasional lewat teknologi akan berdampak pada reputasi internasional. Sehingga dapat dikatakan bahwa reputasi internasional adalah akumulasi dari pengakuan keberadaan suatu institusi pendidikan yang memiliki kontribusi nasional.
Budayakan Internasionalisasi
Terlepas dari akademik dan kemahasiswaan, terciptanya iklim dan budaya internasionalisasi di lingkungan ITS juga tidak dapat dabaikan. Bermula dari hal-hal kecil, seperti budaya berbahasa Inggris hingga kelas internasional, turut mendukung terciptanya budaya internasionalisasi.
Upaya menciptakan iklim internasionalisasi di ITS memang mulai dilakukan. Salah satunya adalah lewat International Office (IO). Untuk itulah, dalam jangka pendek, IO memfokuskan perhatian pada website dan integrasi dengan UPT yang ada di ITS. Sebagai cermin perguruan tinggi dalam kancah internasional, IO memang dituntut aktif berperan dalam berbagai bidang. Di antaranya, jurnal ilmiah serta upgrading karyawan dan mahasiswa ITS.
Untuk target jangka panjang, IO melakukan pemetaan dalam bidang kerjasama internasional. Kerjasama internasional baik dengan perusahaan maupun perguruan tinggi adalah bukti kontribusi ITS secara internasional. Student exchange, prestasi internasional, dan kemampuan ITS dalam menggelar event berkelas internasional pun menjadi bagian dari usaha tersebut.
Kucurkan 53 Milyar untuk Infrastruktur
Untuk menciptakan world class university, membutuhkan sokongan dana yang tidak sedikit. Sumber pendanaan ITS yang dimaksimalkan dari APBN, dana penelitian dan kerjasama, serta fasilitas umum diharapkan benar-benar mampu menopang pendanaan di ITS. Setiap jurusan juga hendaknya memiliki kesiapan untuk memanfaatkan dana yang diberikan dalam meningkatkan kualitas pendidikannya.
Dana APBN tahun ini misalnya, Rp 53 milyar siap diberikan untuk membangun infrastruktur yang ada di masing-masing fakultas di ITS. Meski dana yang dapat dimanfaatkan hanya sekitar setengahnya, perlu adanya perencanaan yang benar-benar matang dan cepat agar pembangunan di ITS dapat dimaksimalkan.
Berbagai riset dan unique technology yang menjadi kekuatan ITS diharapkan juga mampu membawa ITS ke kancah internasional. Bukan hanya para pemangku jabatan, setiap elemen ITS juga harus terlibat dalam pengembangan ITS. Untuk itu, setiap elemen harus mampu melaksanakan perannya semaksimal mungkin.
Untuk saat ini, ITS memang menjadi acuan bagi perguruan tinggi di Indonesia bagian timur. Semua elemen di ITS tentunya berharap, nantinya ITS tidak hanya menjadi acuan kemandirian teknologi di Indonesia, tapi juga Asia, bahkan dunia.
Tim Redaksi ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2024, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pengurus Wilayah
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi kompleksitas pasar kerja nasional, Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mengenalkan mobil urban edisi terbarunya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali dipercaya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu