ITS News

Senin, 02 September 2024
26 Maret 2012, 17:03

Data Smog, Emoh Ah!

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Jumlah informasi yang tersedia pun berlimpah ruah. Perkembangan teknologi informasi mengambil peran utama dalam fenomena ini. Namun, apakah  banjir informasi ini selaras dengan meningkatnya kualitas informasi?

Sayang, seringkali kuantitas dan kualitas tidak mau duduk bersama untuk menghasilkan kemufakatan. Benar apa yang diramalkan David Shenk dalam bukunya, Data Smog. Ia mengatakan bahwa sebagian besar informasi pada jaman ini adalah sampah.

Televisi, internet, mobile phone dan sebagainya berperan dalam penyebarannya. Tiap harinya, ratusan e-mail spam, SMS iklan, notifikasi sosial media dan sebagainya bisa kita temukan dengan mudah. Belum lagi banyaknya tayangan dari televisi yang terbukti tidak sehat.

Informasi dari pemberitaan media massa pun tidak bisa dihiraukan. Ini juga berpotensi menjadi salah satu penyumbang fenomena arus informasi berlebihan, atau data smog.

Sungguh naif apabila kita merasa seluruh pemberitaan aman dikonsumsi. Bukan rahasia umum jika saat ini fungsi media bukanlah sekedar alat penyebar informasi.

Media mempunyai peran penting dalam membentuk pola pikir masyarakat. Mahluk ini seolah berhak mengetok palu dalam memutuskan suatu fenomena bisa dianggap penting atau tidak. Dalam sekejap masyarakat bisa dipaksa lebih memikirkan skandal Ariel daripada kasus Century. Gaya rambut berjambul seorang artis lebih populer dibandingkan kasus Wisma Atlet. Bahkan poligami seorang ustadz menjadi lebih menarik dibandingkan revolusi berdarah yang saat ini terjadi di Suriah.

Kenetralan media dalam menyikapi kasus-kasus tertentu pun patut dipertanyakan ulang. Konsep ‘cover both sides’ terkadang harus tunduk pada ideologi dari pemilik media. Partai Nasional Demokrat (Nasdem) akan selalu terlihat baik di Metro TV. Indonesia Super League akan selalu berjaya di ANTV.

Itulah fenomena yang terjadi saat ini. Kita bisa melihat bagaimana dengan mudahnya masyarakat dialihkan perhatiannya. Opini publik sangat tergantung dengan mudah dipengaruhi oleh apapun yang terpampang di media.

Sebagai seorang yang (merasa) terpelajar, kita tentu tidak rela jika hal ini terus terjadi. Membuat media massa yang aman adalah langkah tepat untuk menyikapinya. Namun, saat ini mungkin ide tersebut susah untuk direalisasikan.

Langkah kecil dalam mengurangi arus informasi sampah tentunya adalah meng-upgrade diri sendiri.Tambah pengetahuan teknologi, matikan televisi dan belajar media mungkin bisa menjadi awal pencegahan. Pemilihan sumber informasi, yaitu media massa, juga perlu menjadi perhatian khusus.

Setidaknya kita tahu kecenderungan pemberitaan dari tiap media yang kita baca. Mungkin cukup ribet, tapi tentu kita tidak mau apabila otak kita overload dengan hal tak berguna.

Muhammad Muizzuddin
Mahasiswa Sistem Informasi angkatan 2009

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Data Smog, Emoh Ah!