ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
09 April 2012, 09:04

Wamen ESDM Bakal Laporkan Pertamina ke KPPU

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hal ini terjadi jika Pertamina menolak untuk mencabut aturan yang tidak mengizinkan pemilik SPBU untuk menjual barang selain produk dari Pertamina. Menurutnya, praktik bisnis yang dilakukan oleh Pertamina itu dianggap tidak sehat.

Kondisi tersebut dilihat dari sisi suplai bahan bakar gasnya. Sedangkan dari sisi pemilik mobilnya, Kementerian ESDM juga sedang mengusahakan penyediaan converter kit yang dibutuhkan untuk mengubah sebuah mobil, di mana yang awalnya berbahan bakar bensin menjadi berbahan bakar gas. Hingga saat ini converter kit ini masih belum diproduksi di Indonesia.

"Kita tidak perlu mengimpor dari Italia, karena sebenarnya produk Italia sendiri itu sudah diproduksi di Thailand. Sehingga proses pengirimannya pun paling lama hanya membutuhkan sebulan kalau dari Thailand," ujar Widjajono, saat di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Kamis (5/4/2012).

Selain itu, untuk percepatan program konversi ini, Widjajono juga menyatakan Kementerian ESDM akan mengusahakan untuk dilakukan pembebasan pajak impor atas konverter kit.

Saat ini, untuk sebuah converter kit impor harganya masih berkisar antara Rp12 juta. Pemerintah pun berencana meminta pembebasan pajak hingga harganya bisa ditekan menjadi sekira Rp9 juta.

"Kalau mau murah lagi, PGN bisa memberikan subsidi lagi sehingga harganya bisa berkisar antara Rp7 juta. Nah, kalau misalnya bank mau memberikan pinjaman dengan jangka waktu selama setahun, paling jatuhnya per bulan hanya Rp700 ribu. Saya rasa itu ringan untuk pemilik mobil," ujar Widjajono.

Widjajono juga meyakinkan kalau penggunaan gas sebagai bahan bakar mobil ini aman karena sudah diaplikasikan di banyak negara. Widjajono menambahkan, convertir kit buatan sekarang sudah berbeda dengan converter kit buatan masa lalu.

Jika converter kit lama banyak yang menggunakan bahan baku metal, maka konverter kit sekarang ini terbuat dari plastik lalu dilapisi dengan karbon fiber dan kemudian dilapisi kembali dengan glass fiber.

"Dan itu sudah biasa. Kalau di perusahaan minyak di offshore itu semua barang-barangnya juga dari plastik yang kekuatannya sama dengan metal namun lebih ringan," ujar Widjajono.

Sementara itu, selain gencar mengkampanyekan penggunaan gas untuk mengurangi ketergantungan terhadap bensin, Kementerian ESDM juga mengkampanyekan conver kit penghemat BBM.

Untuk alat ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebenarnya juga sudah menciptakan alat penghemat BBM. Alat ini diberi nama water to gas. Alat ini Prinsip dasar ini air murni H2O dipisah antara H2 dengan O. Nah H2 ini dianggap mempunyai energi yang luar biasa. Hidrogen ini kemudian yang dimasukkan dalam mesin.

"Mesinnya lebih bertenaga, namun konsumsi bensinnya bisa menjadi lebih irit sekira 30 persen," kata Prof Djoko Sungkono pakar pembakaran dan bahan bakar dari Teknik Mesin ITS. (ade)

Berita Terkait