ITS News

Senin, 02 September 2024
21 April 2012, 17:04

Kartini, Dulu dan Kini

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Lahir di Jepara pada 21 April 1879, Kartini kecil sudah menunjukkan karakter yang menonjol dibanding anak-anak lain di daerahnya. Sikap keingintahuannya sangat tinggi. Sayangnya masa sekolah di Europese Lagere School (ELS) hanya sampai usia 12 tahun. Setelah itu, layaknya perempuan Jawa pada umumnya, Kartini dipingit sehingga tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah.

Setelah menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, semangatnya menuntut ilmu masih belum juga padam. Ia mendirikan sekolah kecil-kecilan yang diikuti oleh perempuan-perempuan di dekat kompleks kantor kabupaten Rembang. Bangunan itu kini dikenal sebagai Gedung Pramuka.

Andai saja Kartini menjadi perempuan khas Jawa zaman dahulu yang hanya manut dan ruang lingkupnya hanya dapur dan sebatas tembok rumah, mungkin kemajuan wanita tidak akan sepesat hari ini. Kini, perempuan manapun berhak menuntut ilmu setinggi langit.

Pekerjaan pria yang dilakukan wanita sering dianggap sebagai salah satu bentuk emansipasi. Tidak salah memang, karena pekerjaan di era modern saat ini tidak lagi bergantung pada gender, melainkan kemampuan.

Tidak jarang kita jumpai perempuan yang menduduki posisi strategis di organisasi maupun perusahaan. Bahkan bangsa Indonesia pun pernah memiliki seorang presiden perempuan. Gelar profesor, doktor, master, serta level pendidikan lainnya juga sudah biasa bertengger pada nama seorang perempuan.

Pada level menengah ke bawah sekalipun, sudah bukan hal yang aneh lagi apabila perempuan berprofesi sebagai supir, petugas pom bensin, buruh, dan pekerjaan khas pria lainnya. Tapi untuk hal ini seringkali desakan dari faktor ekonomi yang berperan lebih dominan, bukan didasarkan keinginan wanita itu sendiri.

Di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, jumlah populasi perempuan terbilang minim. Wajar saja, peminat di jurusan kampus teknik ini sebagian besar memang didominasi oleh kaum Adam.

Meski demikian, prestasi yang ditorehkan kaum perempuan tidak bisa dibilang sedikit. Posisi strategis seperti ketua himpunan dan ketua jurusan juga pernah dipimpin oleh seorang wanita. Di level prestasi, juara bidang keilmiahan dan mahasiswa berprestasi juga mulai diimbangi oleh perempuan.

Saat ini kesempatan untuk belajar dan berkembang sama besar, maka sudah selayaknya sebagai seorang perempuan untuk melanjutkan perjuangan Kartini. Usia Kartini memang tidak panjang. Ia wafat di usianya yang ke-25. Tetapi semangatnya masih tetap membara hingga kini.

Lutfi Hilman Prasetya
Mahasiswa Sistem Informasi ITS angkatan 2010

Wahai ibu kita Kartini, putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Kartini, Dulu dan Kini