ITS News

Senin, 02 September 2024
01 Mei 2012, 12:05

Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hari tersebut sekaligus menjadi momen yang paling tepat untuk introspeksi atas perkembangan dunia pendidikan negeri ini. Hari yang paling memungkinkan memperbarui komitmen anak negeri untuk menjadikan pendidikan sebagai pilar utama dalam membangun bangsa dan negara dalam bingkai persatuan dan kesatuan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kita akan memperingati hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia itu sebagai Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2012. Tahun ini pemerintah menetapkan tema Bangkitnya Generasi Emas Indonesia. Di tingkat pusat, panitia nasional peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 akan melakukan ziarah ke makam Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta.

Himbauan yang sama disiarkan kepada para gubernur dan bupati/walikota untuk melakukan ziarah ke taman makam pahlawan di wilayah masing-masing. Pada tingkat satuan pendidikan dari yang terendah sampai perguruan tinggi, digelar pula upacara bendera dengan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dibacakan oleh inspektur upacara.

Pengajaran berbeda dengan pendidikan. Pengajaran adalah aktivitas mengarahkan dan memberikan kemudahan dalam cara menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar. Pengajaran dapat pula diartikan sebagai aktivitas nyata mengajarkan (transfer of knowledge) pengetahuan, teknologi dan ketrampilan, serta meningkatkan kecerdasan dan pengendalian emosi peserta didik untuk survive dalam kehidupan.

Sedangkan pendidikan adalah kegiatan memberi pengajaran, membuat seseorang memahami, dan dengan pemahaman itu peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dengan menerapkan apa yang dipelajari. Sehingga, ada perbedaan antara pendidikan dengan pengajaran. Yakni bahwa proses pendidikan dapat berlangsung seumur hidup dan pencapaian tujuan pendidikan tidak akan berhenti sampai kehidupan seseorang berakhir.

Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah menetapkan pendidikan berkarakter sebagai dasar kebijakan pendidikan. Pendidikan berkarakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena tidak sekadar mengajarkan perbedaan benar dan salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) mengenai hal yang positif sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah. Ada pula upaya untuk menumbuhkan kemampuan mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi, pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan atau dilakukan.

Sudah berhasilkah pendidikan mewujudkan karakter anak negeri? Agaknya sulit menjawab pertanyaan itu karena masih banyak ditemukan indikasi ketidakberhasilan pendidikan di sekitar kita. Di lingkungan kampus misalnya, masih banyak yang belum memahami makna pendidikan dalam pengertian yang komprehensif. Tidak sulit menemukan warga kampus yang tidak mematuhi tata tertib lalu lintas dengan menerobos rambu-rambu untuk menuju lokasi tertentu dengan dalih terburu-buru.

Cukup mudah pula menemukan kendaraan terparkir tidak pada tempatnya yang tidak jarang berakibat fatal. Jika hilang, reaksi yang paling mudah adalah menyalahkan pihak keamanan kampus. Tindakan tegas oleh satuan keamanan kampus dengan penggembosan ban kendaraan berbuah perseteruan dan rasa tidak suka berkepanjangan. Yang tidak kalah mudahnya adalah menemukan warga kampus yang membuang sampah secara sembarangan. Ketika diingatkan, biasanya jawaban yang diberikan adalah, ”Toh ada petugas kebersihan yang akan membereskannya”.

Contoh-contoh di atas adalah sebagian kecil habit warga kampus. Domain kognitif yang tergolong tingkatan paling rendah dalam pendidikan saja masih belum diterapkan. Padahal, dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik seperti mematuhi rambu lalu lintas di dalam kampus, memarkir kendaraan di tempat yang telah ditentukan, atau membuang sampah di tempat yang telah disediakan, lingkungan kampus yang tertib dan bersih dapat diwujudkan.

Domain afektif yang beranah perilaku juga belum sepenuhnya menjadi kebiasaan warga kampus. Misalnya, tidak mengikuti upacara bendera dalam rangka hari besar nasional. Indikasi keterdidikan warga kampus memang tidak semata terlihat dengan mengikuti upacara bendera. Tetapi, setidaknya dengan mengikuti upacara bendera yang dilaksanakan beberapa kali saja dalam setahun, warga kampus dapat turut merasakan perjuangan para pendiri negeri ini dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Dengan mengikuti upacara bendera dalam rangka Hardiknas misalnya, warga kampus sebagai bagian dari komponen bangsa, sudah saatnya mengevaluasi  tujuan pendidikan dalam arti sebenarnya. Diperlukan langkah-langkah konkret agar tujuan pendidikan dimaksud tidak sebatas simbol dan meninggalkan hal yang lebih esensial dari pendidikan.

Sesuatu yang negatif yang dilakukan terus menerus, akan menjadi sebuah kebiasaan dan berlanjut, kebiasaan itu akan dianggap benar. Pada akhirnya, tidak akan mudah untuk memperbaikinya, membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kerja sama semua elemen kampus diperlukan dalam proses pembenahan tentang arti esensial pendidikan.

Kesadaran tentang perlunya memahami esensi pendidikan itu tidak boleh berhenti, sebatas ada saat peringatan hari pendidikan, namun harus tertanam dalam pribadi-pribadi warga kampus demi mewujudkan niat mulia menjadikan pendidikan sebagai bagian terpenting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seluruh komponen kampus harus berikrar untuk mewujudkan suasana yang kondusif berdasarkan nilai esensial pendidikan. Yang muda menghormati yang lebih tua, yang tua menghargai yang muda. Salam dan senyum menjadi panduan dalam beraktivitas, serta senantiasa berupaya keras untuk mengembangkan pendidikan dalam bingkai kebersamaan.

Tidak ada alasan untuk menunda-nunda mewujudkan masyarakat kampus yang saling asah, asih, dan asuh dengan berpedoman pada prinsip pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Mari kita rajut kebersamaan dalam menemukan kembali arti penting pendidikan dalam upaya mewujudkan kampus tercinta menuju perguruan tinggi yang terkemuka dalam balutan kemuliaan.

Imam Syafii
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Jurusan Teknik Informatika

Berita Terkait