ITS News

Senin, 25 November 2024
24 Juli 2012, 17:07

Akhir Penantian Robotika ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Revolusi robotika Indonesia telah dimulai pada tahun 1998. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA, yang pada waktu itu masih menjadi dosen Jurusan Teknik Elektro ITS, memprakarsai diselenggarakannya KRI bertaraf nasional untuk kali pertama.

Pada waktu yang sama pula, torehan kontribusi ITS dalam KRN juga dimulai. Namun, sebagai peserta setia yang tak pernah absen, ITS hanya mampu menyandang status spesialis runner-up sebagai pencapaian tertinggi.

Kenyataan ini pastinya tak ingin berlangsung terus-menerus. Sebagai salah satu institusi terbaik yang menjadi kiblat perkembangan teknologi di Indonesia, tentunya ITS juga menginginkan mahkota tertinggi kompetisi robotika nasional tersebut.

Berbagai evaluasi pun usai dilakukan. Nyatanya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan kontingen ITS meraih gelar juara umum. Salah satunya adalah masalah psikologis. Selama ini, kontingen robotika ITS selalu menganggap lebih lemah tim-tim yang tak mempunyai sejarah robotika kuat. Hanya tim-tim sekelas PENS, UGM, dan ITB yang dianggap sebagai lawan tangguh.

Kebiasaan ini sontak membuat tim kebanggaan sivitas akademika ITS tersebut sedikit lengah. Mereka tak pernah mempersiapkan strategi khusus untuk mengantisipasi kejutan yang ditunjukkan oleh tim-tim under dog. Terbukti, pada pergelaran KRN 2011, kontingen ITS gagal melaju ke babak final setelah tak kuasa menghadapi perlawanan kontingen Politeknik Negeri Batam yang tak diperhitungkan sebelumnya.

Saatnya untuk ITS
Sejak digulirkannya KRN 2012, beberapa strategi khusus pun disiapkan oleh kontingen ITS. Di antaranya, mempersiapkan kondisi robot dengan matang. Hampir satu tahun penuh, seluruh kontingen robotika ITS mengotak-atik mesin berotak tersebut. Beberapa kali perombakan terhadap rancangan robot turut dilakukan.

Misalnya saja V-Yu, Kontingen ITS kategori KRSI ini mengganti susunan mekanik robotnya sebanyak empat kali. Hal ini mereka lakukan karena pada percobaan pertama robot V-Yu tidak dapat berdiri sama sekali. Hingga akhirnya, pada percobaan terakhir V-Yu mampu berdiri dengan stabil, bahkan bisa berjalan sembari bergoyang.

Begitupun dengan RI-NHO. Sampai beberapa saat sebelum berangkat ke Bandung, mereka masih tekun membenahi kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Mulai dari penggantian penjepit bun pada robot kolektor hingga penambahan kecepatan untuk robot otomatis.

Selain persiapan dari segi teknis, kontingen ITS juga melakukan persiapan dari segi non teknis. Terutama perubahan pola pikir terhadap lawan tanding serta penggemblengan mental. Semua kontingen ITS ditanamkan prinsip pukul rata kepada seluruh lawan yang akan dihadapi di KRN 2012. Mereka harus menganggap semua peserta merupakan wakil-wakil terbaik dari setiap regional yang memiliki potensi masing-masing.

Bahkan, agar selalu mengingatkan prinsip tersebut, di atas robot RI-NHO, kontingen ITS kategori Kontes Robot Indonesia (KRI) dituliskan wejangan Pembantu Rektor (PR) 1 ITS, Prof Dr Ing Herman Sasongko. Wejangan tersebut berbunyi "Kita bukan siapa-siapa, hanya mencoba untuk lebih baik".

Sedangkan untuk pembenahan dari segi mental bermain, para kontingen ITS memiliki cara tersendiri. Setiap kali mereka latihan, kondisi sekitar arena bermain tak pernah sepi. Mereka selalu mengundang mahasiswa umum untuk mengondisikan suasana agar sesuai dengan pertandingan sesungguhnya.

Hasilnya pun cukup efektif. Semua kontingen ITS tak ada yang mengalami demam panggung. Walaupun gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung hanya bergemuruh dengan sorakan suporter UGM, PENS, Politeknik Negeri Batam, atau sesekali menyeruak suporter ITB. Ternyata, hal tersebut  tak menciutkan semangat bertanding anak-anak ITS untuk merengkuh gelar juara umum.

Contohnya seperti apa yang dialami driver RI-NHO, Fathullah Ar Rahman. Tiap kali ia bermain, sorakan untuk menjatuhkan dari suporter lawan tak pernah berhenti. Namun, bagaikan seorang profesional yang sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, ia mengemudikan robot manual dengan begitu tenangnya hingga tak pernah melakukan kesalahan.

Begitupun dengan kontingen ITS lainnya, V-Yu. Perwakilan ITS ini tak pernah memperlihatkan sikap pesimis. Meski, penampilan V-Yu ketika demo terakhir masih belum meyakinkan. Akan tetapi, berkat sikap optimis dan kerja keras, penampilan V-Yu berangsur membaik hingga sukses meraih gelar juara.

Faktor Dewi Fortuna Berpengaruh
Selain beberapa faktor teknis dan non teknis tersebut, tak ada yang memungkiri jika kesuksesan tim robotika ITS juga berkat campur tangan Sang Maha Kuasa. Sejak awal running test hingga pertandingan grand final, dewi fortuna seakan enggan jauh dari tim ITS.

Terbukti, pada pertandingan puncak kategori KRI, kontingen ITS menghadapi tim dari Politeknik Negeri Batam. Ketika detik-detik akhir tiba, kemungkinan ITS untuk mengalahkan tim lawan tampak hampir tertutup. Namun, berkat pertolongan Sang Pencipta, tim Politeknik Negeri Batam melakukan kesalahan sehingga gelar juara jatuh ke tangan ITS.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada tahun lalu. Menghadapi lawan yang sama pada babak semi final, Tim ITS unggul jauh. Namun, hampir sama dengan apa yang dialami Politeknik Negeri Batam, robot ITS tiba-tiba bermasalah sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.

Akan tetapi, secara keseluruhan hasil ini sudah membuktikan bahwa tim robotika ITS mampu bersaing dengan tim-tim tangguh yang memiliki sejarah robotika kuat di Indonesia. Sudah saatnya, kedudukan robotika ITS disetarakan dengan robotika PENS, UGM, maupun ITB.

Lebih dari itu, bagi kontingen ITS yang berhasil mengharumkan nama almamater, akan lebih baik jika hasil ini tetap disikapi dengan rasa rendah hati dan bersyukur. Pasalnya, etika tersebut akan banyak membawa kebaikan bagi kontingen ITS sendiri.

Yang lebih penting lagi, janganlah terlalu lama merayakan euforia kemenangan ini. Sebab, tantangan pada KRN tahun depan pasti akan lebih berat dan lebih hebat lagi. Mengutip kata pepatah, mempertahankan lebih sulit dari pada merebut. Maka dari itu, bagi kontingen robotika ITS "always do the best for the best".

Tim Redaksi ITS Online

Berita Terkait