ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
25 Juli 2012, 10:07

Membuat Kompos Tak Perlu Lagi Waktu Lama

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mukhammad Muryono SSi MSi dari Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), membuat kompos dengan menambahkan Effective Microorganism (EM-4).

Percobaan ini dilakukan untuk merubah stigma yang berkembang pada masyarakat saat ini bahwa mengolah kompos itu sulit dan membutuhkan waktu lama.

Dalam penelitiannya, Muryono menggunakan dua contoh limbah organik, sampah daun dan ampas tembakau dari pabrik rokok. Dua bahan inilah yang akan dijadikan kompos.

Kemudian, sampah-sampah ini dicampurkan dengan beberapa bahan tambahan lain seperti ampas gergaji, cairan EM-4, darah sapi dan tetes tebu. Diyakini, bahan-bahan tersebut memiliki fungsi guna mempercepat proses pengomposan.

EM-4, cairan ini merupakan jenis aktivator yang berisikan mikroorganisme didalamnya. Senyawa ini biasa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. EM-4 terbuat dari gabungan beberapa bahan organik tanpa ada penambahan bahan kimia.

"Kita bahkan bisa meminum EM-4 kalau mau," kata Mukhammad Muryono SSi MSi saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Sabtu (21/7/2012). Senyawa ini (EM-4) dapat mengolah kompos hingga siap pakai hanya dalam waktu empat hari saja, tambahnya.

Selain EM-4, bahan lain yang penting dalam proses pengolahan kompos ini adalah tetes tebu. Tetes tebu berfungsi sebagai asupan ber-glukosa tinggi bagi mikroorganisme dalam EM-4.

Untuk memperoleh tetes tebu ini bukanlah perkara mudah. Sebagai contoh, dalam satu kilogram gula saja kita hanya dapat memperoleh tidak lebih dari 300 mililiter tetes tebu.

Penambahan darah sapi juga bukan tanpa tujuan. Darah sapi mempunyai kandungan protein yang tinggi dan dipercaya mampu meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan.

Bahan-bahan tersebut di atas lah yang berperan dalam pembuatan kompos tanpa butuh waktu berminggu-minggu.Namun, ia mengaku tak mau gegabah, ia mengungkapkan penelitian ini akan terus dikembangkannya.

"Kompos spesial ini memang belum direncanakan untuk dikomersilkan karena penelitian ini masih dikembangkan," pungkasnya.
(gik/gik)

Berita Terkait