ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
28 September 2012, 12:09

Tabrakan Kapal di Selat Sunda-Sistem Komunikasi Masih Buruk

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

”Itu terjadi akibat SKK yang buruk, tapi kita tidak tahu apakah masalahnya ada pada SKK dari kapal kita atau SKK dari kapal asing itu.Yang jelas,kalau SKK itu berjalan normal, tentu kecelakaan itu tak perlu terjadi,” kata pakar transportasi laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Saut Gurning kemarin. Menurut Saut, indikasi tidak berjalannya SKK di KMP Bahuga Jaya itu sangat mungkin terjadi. Pasalnya,mayoritas SKK milik kapal Indonesia memang buruk sehingga kecelakaan justru sering terjadi di wilayah persilangan dan pelabuhan, bukan di lautan.

Pakar kelautan ITS Trika Pitana mengatakan, pemerintah hendaknya memberikan perhatian SKK kapal Indonesia, sebab kepadatan arus lalu lintas di perairan Indonesia sekarang semakin tinggi, terutama di perairan Jawa, Malaka,Banda,dan Makassar. ”SKK itu memang mahal hingga sekitar 10% dari harga sebuah kapal, karena alatnya memang banyak mulai dari radar, radio amatir, EPIRB (emergency potition indicator radio beacon), AIS (automatically indicator system), dan sebagainya. Yang mahal itu radar yang harganya bisa mencapai Rp100 juta,” jelasnya.

Jika SKK itu tidak diperhatikan, potensi kecelakaan laut di Indonesia akan semakin tinggi. Bahkan, pemerintah perlu memberlakukan persyaratan SKK yang sesuai standar SOLAS (Safety of Life at Sea) dan bila tidak kapal tidak boleh jalan. Musibah kecelakaan kapal yang membawa korban jiwa terjadi di perairan Selat Sunda, Rabu (26/9). Kapal Motor Penumpang (KMP) Bahuga Jaya yang mengangkut 215 penumpang dan 78 unit berbagai jenis kendaraan tenggelam setelah bertabrakan dengan tanker MT Norgas Cathinka,tepatnya 4 mil dari Bakauheni, Lampung.

Akibat kejadian itu, 8 orang tewas, 146 selamat, dan 69 orang dalam pencarian. Sementara itu, tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun ke Pelabuhan Merak untuk menyelidiki penyebab tenggelamnya KMP Bahuga Jaya.Bangkai kapal saat ini berada di kedalaman 100 meter di dasar laut. Menteri Perhubungan EE Mangindaan mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan penyebab kejadian itu. ”Kami akan lakukan kajian dengan betul-betul. Sikap yang akan kamilakukansaatinimenunggu hasil dari KNKT,” terangnya saat meninjau korban luka di Rumah Sakit Krakatau Medika, Kota Cilegon,kemarin.

Kemenhub juga akan menyempurnakan alat navigasi sekitar perairan Selat Sunda, yang status perairannya sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia. Dengan begitu, kapal yang masuk ke perairan Selat Sunda bisa dideteksi. Bukan hanya saat akan masuk, melainkan posisi semua kapal bisa diketahui. ”Jadi tidak hanya izin masuk yang ada,tetapi posisi kapal di perairan Selat Sunda bisa terdeteksi,” ungkapnya.

Menurut dia,kondisi korban yang masih dirawat di RSKM Kota Cilegon tidak terlalu parah.Mereka dirawat karena trauma panik dan kaget.Terkait kendaraan yang tenggelam,perawatan korban sakit, dan santunan korban meninggal semuanya diurus Jasa Raharja. Kepala Administrator Pelabuhan Kelas I Banten Capt B Sugiarto mengatakan, saat ini nakhoda KMP Bahuga Jaya Sahat Maruli telah ditahan. Namun, sampai saat ini nakhoda belum diperiksa.

”Kami juga masih menunggu penyebab pasti terjadinya kecelakaan dari KNKT,” terang Sugiarto. Kemarin tim SAR gabungan terus mencari korban yang diduga masih berada di dalam bangkai KMP Bahuga Jaya.Komandan Lanal Banten Kolonel Laut (P) Agus Priyatna mengatakan, pencarian korban dilakukan hingga tujuh hari ke depan.

Kepala Seksi Patroli Pengawalan dan SAR Direktorat Polair Polda Banten Kompol Noman Trisapto mengatakan, pihaknya tidak bisa mengerahkan kru selam untuk mencari korban,sebab kemampuan kru selam Direktorat Polair Polda Banten hanya di kedalaman 30 – 40 meter. Hingga kemarin, Tim SAR gabungan belum kembali menemukan korban lagi. teguh mahardika/ arief ardliyanto/ant

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/530620/

Berita Terkait