ITS News

Senin, 02 September 2024
04 November 2012, 13:11

Sadar Pemanasan Global

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Di dalam ruangan saja suhunya bisa mencapai 37 derajat celsius. Namun Surabaya tidak satu-satunya. Laju perubahan suhu udara kota-kota di Indonesia menunjukkan kenaikan maksimum lebih dari 1 derajat celsius dalam 10 tahun.

Analisa data iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang diambil tahun 1983-2003 menunjukkan, kenaikan suhu udara per 10 tahun ternyata 0,036 derajat celsius-1,383 derajat celsius. Kenaikan suhu udara terendah tercatat di Kota Sibolga, Sumatera Utara, mencapai 0,036 derajat celsius dari rata-rata 31,52 derajat celsius. Adapun kenaikan suhu udara tertinggi tercatat di Kota Wamena, Papua, mencapai 1,38 derajat celsius dari rata-rata 25,97 derajat celsius.

Meningkatnya temperatur udara ini disebabnkan oleh pemanasan global. Faktor utama penyebab pemanasan global ini adalah efek dari rumah kaca. Pada dasarnya semua ini terjadi akibat aktivitas manusia yang terlalu berlebihan. Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), chlorofluorocarbon (CFC) dan gas lainnya secara berlebihan di atmosfer.

Akibatnya, cahaya matahari yang dipantulkan bumi sebagai radiasi infra merah gelombang panjang dan ultraviolet yang akan diteruskan ke angkasa luar, sebagian besar dipantulkan kembali ke bumi oleh gas rumah kaca yang terbentuk di atmosfer. Makin meningkatlah temperatur bumi.

Jika hal ini terus berlangsung, maka es di kutub akan mencair dan daerah dataran rendah akan terendam air. Akibat dari mencairnya es ini, permukaan air laut bertambah tinggi, yaitu antara 8- 29 sentimeter pada tahun 2030. Pada tahun tersebut, Indonesia sebagai negara kepulauan diperkirakan akan kehilangan sekitar 2000 buah pulau.

Gas Rumah Kaca Berbahaya 
Gas CO dapat membahayakan orang yang mengisapnya. Jika proses pembakaran tidak sempurna, maka akan menghasilkan karbon monoksida (CO). Gas CO bisa mengganggu pernapasan. Gas ini sangat reaktif sehingga mengganggu pengikatan oksigen oleh hemoglobin dalam darah. Jika berlangsung terus menerus, dapat mengakibatkan kematian.

Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak bereaksi, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berbahaya. Banyak digunakan untuk mengembangkan busa kursi, untuk AC, pendingin lemari es dan penyemprot rambut.

Tetapi, ternyata ada juga keburukan dari gas ini. Gas CFC yang naik ke atas dapat mencapai stratosfer. Di stratosfer terdapat lapisan gas Ozon (O3), yang merupakan pelindung bumi dari pengaruh radiasi ultraviolet. Radiasi ultraviolet dapat mengakibatkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebabkan kanker kulit dan kanker mata.

Jika gas CFC mencapai lapisan Ozon, reaksi yang akan terjadi adalah lubang pada lapisan Ozon. Gas SO dan SO2 juga dihasilkan dari hasil pembakaran fosil. Gas ini dapat bereaksi dengan gas NO2 dan air hujan dan menyebabkan terjadinya hujan asam. Hujan ini mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati, produksi pertanian merosot, besi dan logam mudah berkarat.

Pada dasarnya pemerintah dan pemerhati lingkungan sudah melakukan program untuk menanggulangi pemanasan global  ini. Tetapi itu semua tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan kesadaran masyarakat bahwa pentingnya merawat lingkungan. Oleh karena itu, Sebelum 2000 pulau Indonesia hilang, sebelum kita takut keluar rumah, dan sebelum terlambat  untuk semua akibat pemanasan global ini maka kita harus bersama- sama menjaga dan melestarikan lingkungan kita agar tetap hijau.

Mari Ikut Mencegahnya
Mahasiswa jangan hanya menggembar- gemborkan bahwa pemanasan global itu berbahaya, menyeramkan dan lain- lain tetapi juga butuh tindakan nyata mahasiswa untuk menjaga lingkungan. Salah satu  tindakan nyata ini dapat dilakukan dengan menyukseskan kegiatan hijau kampus. Misal di kampus ITS sendiri ada program Gugur Gunung. Ayo kita ikut berpartisipasi jangan cuman melihat dan mengkritik baik-buruknya kegiatan ini.

Pihak birokrasi kampus sendiri sudah mendukung hal ini dibuktikan dengan disediakan dana dan ahli lingkungan untuk program Gugur Gunung tersebut. Selain itu, pihak ITS juga turut mengusung tema dari dari ulang tahun ke-52 yaitu ITS Eco Campus, meskipun lamabangnya Blue and Green. Sekarang tinggal kita menentukan kesuksesan  program ITS Eco Campus ini. Jika kita mau sungguh- sungguh berhasil mari kita berpartisipasi bersama dalam kegiatan ini, dimana kegiatan ini dilakukan rutin setiap hari Jumat pagi sebelum salat Jumat.

Yasfi
Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
Angkatan 2011

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Sadar Pemanasan Global