ITS News

Kamis, 14 November 2024
08 November 2012, 14:11

Pura-Pura Prihatin

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebentar lagi masyarakat Indonesia akan semakin mudah membeli mobil. Pasalnya, mobil-mobil baru dengan harga dibawah seratus juta akan segera menyerbu Indonesia. Ya, bertameng program Low-Cost Green Car (LCGC) yang diusung pemerintah Indonesia, perusahaan-perusahaan otomotif asal Jepang, India, Korea, dan Cina akan segera menginvasi jalanan kota-kota di Indonesia.

Untuk program ini, pemerintah rela membebaskan bea pajak masuk untuk mesin, perakitan, serta komponen mobil berbasis LCGC. Katanya, fasilitas itu diberikan guna merangsang pembangunan dan pengembangan mobil LCGC di dalam negeri. Masyarakat tentu menyambut gembira program ini. Imipian untuk dapat memiliki mobil pribadi akan segera terwujud.

Namun, adakah yang sadar bahwa regulasi ini terkesan kontradiktif dengan gembar-gembor perbaikan transportasi publik yang kemarin sempat didengungkan pemerintah? Meskipun katanya program LCGC juga untuk kepentingan masyarakat Indonesia, tapi pantaskah program ini dilaksanakan?

Lonjakan pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia bukan sekadar ancaman, melainkan sudah benar-benar terjadi. The Economist mencatat, pertumbuhan sektor otomotif Indonesia lebih tinggi dibandingkan Cina. Meski tengah terjadi krisis ekonomi global, penjualan mobil di Indonesia meningkat 17 persen pada 2011, menjadi hampir 900 ribu kendaraan baru. Kebijakan larangan uang muka murah bahkan tak bisa mengurangi laju pertumbuhan kendaraan.

Kini dengan hadirnya LCGC, semua orang yang tergolong cukup mampu punya kesempatan untuk membeli mobil baru. Orang yang tergolong sangat mampu bisa membeli lebih dari dua mobil baru. Karena mobil LCGC termasuk mobil murah, maka semua orang bisa menikmati bahan bakar bersubsidi. Lengkap sudah.

Lalu, apa masalahnya? Apa tidak boleh semua masyarakat Indonesia membeli mobil? Karena pemerintah sangat sayang dengan masyarakat Indonesia, makanya direalisasikan program ini, bukan begitu? Bukan.

Pertumbuhan jalan di Indonesia masih tidak sepadan dengan pertumbuhan jumlah mobil. Kemacetan di Jakarta adalah buktinya, dan sebentar lagi bukan tidak mungkin Surabaya juga akan mengalami konsisi yang sama. Tinggal menunggu waktu.

Kemarin, pemerintah sempat (pura-pura) prihatin dengan kondisi kemacetan ini. Memperbaiki tranportasi publik menjadi pilihan agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi. Karena tidak mungkin kalau secara serta merta masyarakat dilarang untuk membeli motor atau mobil, maka transportasi publik disipakan sebagai konsekuensinya.

Tapi kini, semuanya terbukti bahwa keprihatinan (pura-pura) itu memang hanya sekadar pura-pura. Daya beli masyarakat sekarang justru ditingkatkan dengan adanya pembebasan biaya ini-itu untuk LCGC. Padahal, kemarin pemerintah (pura-pura) bingung mencari cara untuk membatasi pertumbuhan kendaraan. Sudah lah, jangan lagi berharap dengan trasnportasi publik, dengan program ini masyarakat tentu lebih memilih naik mobil baru yang murah, irit, dan milik sendiri.

Akhir kata, semoga progam LCGC benar-benar ditujukan untuk kebaikan bersama. Tidak lagi sekadar pura-pura menyenangkan hati masyarakat dengan banjir mobil baru nan murah yang pada akhirnya berujung pada kemacetan masal.

Aldrin Dewabrata
Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Angkatan 2010

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Pura-Pura Prihatin