ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
29 November 2012, 10:11

33 Tim Mahasiswa Ikuti Kompetisi Jembatan Indonesia

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Awalnya, ada 94 proposal KJI dan 26 proposal KBGI yang diterima panitia, namun akhirnya diseleksi menjadi 24 proposal KJI dan sembilan proposal KBGI yang bisa menjadi finalis," kata ketua panitia KJI ke-8 dan KBGI ke-4 Dr Ir Hidayat Soegihardjo M MS di Surabaya, Rabu.

Didampingi Kepala Badan Pembinaan Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni ITS Dr Ir Bambang Sampurno MT, panitia pelaksana KJI Ir Djoko Irawan MS, dan panitia pelaksana KBGI Dr Ridlo Bayuaji, ia menjelaskan 17 perguruan tinggi iru hanya satu dari luar Jawa dan lainnya dari Jawa.

Ke-17 perguruan tinggi adalah Politeknik Bandung, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Politeknik Negeri Malang, Politeknik Sriwijaya Palembang (satu-satunya delegasi luar Jawa), UGM, Universitas Guna Dharma Jakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Yogyakarta, dan ITB.

Selain itu, Universitas Brawijaya (UB) Malang), Universitas Muhammadiyah Malang, Politeknik Semarang, ITENAS Bandung, UI, Universitas Jenderal Ahmad Yani – Cimahi, Universitas Teknologi Yogyakarta, dan ITS selaku tuan rumah.

"KJI-KBGI itu diselenggarakan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dirjen Dikti Kemendikbud untuk memacu perkembangan teknologi konstruksi dan mencetak tenaga terampil yang mampu bersaing di tingkatkan global," paparnya.

Menurut Dekan FTSP ITS Surabaya itu, kompetisi itu juga sejalan dengan kurikulum pendidikan nasional 2013 yang berbasis inovasi. "Kompetisi itu mengutamakan kreativitas dan inovasi, jadi kompetisi itu semacam ‘tawuran engineering’ yang melibatkan 100 lebih mahasiswa," ujarnya.

Ditanya kategori lomba, ia mengatakan kompetisi yang memperebutkan Piala Bergilir Mendikbud itu memiliki tiga kategori jembatan dan satu kategori gedung. Untuk kategori jembatan adalah jembatan busur (bentang panjang), baja, dan kayu, sedangkan kategori gedung adalah rumah tahan gempa.

"Tapi, pemenangnya bukan hanya juara umum, juara 1, 2, dan 3, melainkan ada juga pemenang untuk jembatan terkokoh atau gedung terkuat dari gempa, terindah, tercepat, K-3 terlengkap, paling realitis, dan paling sesuai dengan rancangan. Untuk juara umum harus ada kategori yang juara pertama," ucapnya.

Mengenai teknis lomba, ia mengatakan tim mahasiswa yang masuk finalis sudah didanai Rp5 juta untuk merealisasikan rancangan sesuai proposal, tapi bentuknya masih berupa segmen-segmen yang terpisah.

"Saat final itulah, tim merangkai atau merakit rancangannya di depan dewan juri yang terdiri dari pakar konstruksi, instansi pemerintah/BUMN, dan konsultan. Untuk jembatan diberi waktu dua jam untuk merangkai, sedangkan untuk gedung diberi waktu tiga jam untuk merangkai," katanya.

Tentang sistem penilaian, ia mengatakan penilaian kompetisi kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yakni menggunakan metode digitalisasi untuk menghitung beban dorongan mirip gempa pada bangunan gedung dan beban tekanan dari atas untuk jembatan.

"ITS sendiri ikut dalam dua kategori yakni jembatan kayu dan bangunan gedung tahan gempa. Kami menargetkan juara. Tahun lalu, juara umum dipegang Politeknik Bandung, meski ITS meraih juara pertama untuk jembatan kayu dan juara ketiga untuk bangunan gedung serta tiga juara untuk kategori khusus," katanya.(*)

Berita Terkait