Indonesia merupakan negara maritim. Negara dengan luas lautan dua per tiga luas seluruh wilayahnya. Hal itu membuktikan bahwa Indonesia akan lebih sejahtera jika lebih mengoptimalkan laut sebagai sektor utama dalam pembangunan negara ini. Akan tetapi pada kenyataannya bangsa Indonesia kurang menyadari hal itu. Bangsa Indonesia lebih mengutamakan sektor darat dari pada sektor laut. Terutama sektor pertanian yang seakan-akan menekankan bahwa Indonesia adalah negara agraris.
Padahal jika boleh menengok sejarah, para pemimpin bangsa terdahulu telah sepakat bahwa bangsa Indonesia merupakan negara maritim. Melalui deklarasi Djuanda, kita telah sepakat bahwa negara kita adalah negara kepulauan, dimana dalam konsep kepulauan lautlah yang menjadi prioritas utama. Tetapi pada kenyataannya, laut ternyata masih diposisikan di halaman belakang. Kebanggaan terhadap bangsa bahari, yang terkadang muncul dalam letupan-letupan kecil, hanyalah sebatas kata-kata tanpa disertai dengan kebijakan yang tegas dari pemegang kekuasaan.
Sejarah sebagai peristiwa memang tidak bisa terulang. Tetapi roh dan semangat yang ada selalu bisa di daur ulang dan dipupuk semai kembali. Tentu saja itu tergantung pada niatan kita sebagai bangsa untuk menempatkan posisinya di masa sekarang. Jika kita masih setia pada ikrar bahwa negara kita adalah negara kepulauan, sudah sewajarnya jika kita kembali ke akar sejarah sebagai bangsa bahari. Bukan saja fakta yang menunjukan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut, berbagai kajian pun menunjukan bahwa masa depan umat pun tergantung pada laut. (Yamin, 2009)
Kejayaan nenek moyang kita sebagai pelaut ulung bukanlah cerita asing dikalangan anak-anak muda. Akan tetapi sepertinya bangsa ini menganggap kejayaan masa lalu itu berhenti sebagai sejarah. Generasi muda saat ini pun tak dapat dikatakan lagi sebagai cucu dari seorang pelaut yang mumpuni yang pernah disegani bangsa-bangsa di dunia. Negara kepulauan pun begitu jauh dari pemahaman kalangan anak-anak muda.
Saat bicara soal lautan Indonesia yang luas, yang ada di benak anak-anak muda hanya sebatas kekaguman betapa sebenarnya Indonesia ini luar biasa. Angan-anganpun melambung membayangkan betapa Indonesia menjadi negara yang makmur jika mampu memanfaatkan sumber daya alam di laut yang belum banyak dilirik dalam pembangunan bangsa. (napitupulu, 2009)
Pengenalan dan pemahaman geografis Indonesia yang semestinya tidak mengabaikan laut, juga belum tumbuh dengan baik. Dalam kenyataannya terlihat betapa timpangnya pembangunan dan kemajuan antara masyarakat yang hidup di darat dengan di laut. Potensi laut Indonesia memang besar, tapi itu hanyalah sebatas pengakuan belum sampai pada dukungan yang nyata untuk mengoptimalkan laut. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan Singapura, mereka berhasil mencuat menjadi negara yang maju dengan memanfaatkan sektor laut dengan mengembangkan pelabuhan yang berperan penting di dunia.
Saatnya Kembali Ke Laut
Yang perlu selalu kita ingat adalah negara Indonesia adalah negara maritim. Sudah selayaknya kita sebagai mahasiswa menyadari hal itu. Potensi laut kita besar jika kita bisa benar-benar memanfaatkan dengan optimal. Indonesia juga memiliki jalur yang strategis dalam pelayaran internasional, yang tentunya merupakan keuntungan tersendiri bagi negeri ini.
Sudah selayaknya kita kembali ke laut. Mengembangkan potensi lautan negeri ini, mengoptimalkan dua per tiga wilayah Indonesia yang berupa lautan. Jika hal itu bisa kita lakukan bersama, maka bukan tidak mungkin sejarah bisa terulang. Menjadi negara sejahtera, negara maritim yang disegani bangsa-bangsa lain di dunia.
Teguh Julianto
Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Angkatan 2012
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)