Seperti yang kita lihat saat ini, sebagian wilayah Indonesia rawan gempa. Sebagian wilayah pantainya rawan tsunami, rawan letusan gunung api, rawan longsor. Sebagiannya lagi rawan banjir, rawan banjir bandang, rawan semburan lumpur, rawan angin puting beliung, dan lain-lain.
Peristiwa alam itu akan datang silih berganti seiring dengan dinamika bumi dan atmosfir. Fenomena alam itu akan berulang dengan periode tertentu. Bisa tahunan, sepuluh tahunan, limapuluh tahunan bahkan ratusan tahun. Semua ini terjadi mengikuti irama sunatullah yang dinamis. Demikian pula air hujan yang turun ke bumi akan mengikuti siklus air yang sudah ditentukan.
Air hujan yang turun di pegunungan yang penuh hutan akan terbagi menjadi tiga bagian. Sebagian besar meresap dan mengalir di dalam tanah, dan akan keluar sebagai mata air yang jernih hingga menambah volume air sungai. Sebagian lagi mengalir di permukaan bumi menuju ke aliran sungai. Sedang sebagian lagi, air hujan itu akan diuapkan kembali.
Keseimbangan lainnya seperti kanopi dan sersahnya berfungsi sebagai menahan energi hujan. Sehingga butiran hujan tidak langsung menerpa tanah. Sersah pohon bersama tubuh pohon dan akarnya akan menahan air dan meneruskan air hujan merembes ke dalam tanah. Hal itu untuk mengisi cadangan air tanah hingga kelak keluar sebagai mata air di wilayah tersebut.
Di samping itu air yang tersimpan di bawah akar juga akan ditransfer ke seluruh tubuh pohon, dan diuapkan lewat daun (transpirasi) saat fotosintesis. Fotosintesis ini yang berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen, uap air dan unsur lainnya yang mengisi atmosfer bumi. Semua ini terjadi mengikuti irama sunatullah yang dinamis.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan peningkatan kemampuan akal manusia menyebabkan manusia lupa akan tupoksi awal sebagai makhluk ciptaan Allah. Mereka menjadi rakus, menjadi sangat rakus dan tidak perduli dengan keadaan sekitar. Mereka merambah dan merubah kawasan pegunungan berhutan menjadi kawasan hunian sehingga hak air untuk meresap ke dalam tanah hilang. Berubah menjadi aliran banjir yang akan mengerosi tanah pegunungangan sehingga mendangkalkan sungai.
Mereka mengurangi hak air mengalir di aliran sungai karena mereka menempati bantaran sungai dan membuang sampah ke sungai. Sampah berbahan baku plastik khususnya tidak bisa terurai sama sekali atau butuh ratusan tahun. Akibatnya, sampah plastik ini akan mengalir masuk ke laut membetuk pulau sampah plastik yang akan terus membesar melebar menutupi permukaan laut. Mereka tahu apa yang mereka lakukan akan menyebabkan banjir setiap musim hujan. Tapi mereka tetap tidak merubah itu. Mereka mendholimi hak air mengalir
Tapi ayat itu memang hanya untuk orang yang berfikir. Sehingga bisa mengambil pelajaran dari ayat khauniyah untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi manusia. Yaitu sebagai khalifa fil’ardh yang rahmatan lil’alamin. Sayang selama ini kita tidak pernah diajari tentang itu. Kita hanya diajari membaca saja sehingga kita tidak bisa mengambil pelajaran dan petunjuk ilmu yang diberikan Allah SWT.
Sehingga apa yang mereka lakukan saat merusak hutan, menempati bantaran sungai dan membuang sampah ke sungai tidak merasa salah, tidak merasa dholim. Padahal Allah sudah memberi peringatan lewat Surat Ar Raad Ayat 79. ”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka berusaha merubahnya sendiri.”
Selamat Hari Bumi 22 April 2013
Dr Amien Widodo
Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)