Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2. Terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,2 juta km2 dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2. Selain itu, terdapat 17.504 pulau di Indonesia dengan garis pantai sepanjang 95.181 km. Dengan cakupan yang demikian besar dan luas, sektor kelautan nasional memiliki peranan strategis teradap Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai penunjang perekonomian negara.
Tentu saja, sektor kelautan tidak hanya menghasilkan produk perikanan. Kondisi geografis Indonesia pun menghimpit dengan berbagai keuntungan. Posisi geopolitis strategis yang menghubungkan negara-negara ekonomi maju membuka peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi. Misalnya saja beberapa selat strategis jalur perekonomian dunia, berada di wilayah NKRI.
Potensi geopolitis itulah kekuatan yang dimiliki Indonesia untuk membangun percaturan ekonomi antar bangsa. Dari situ dapat diketahui bahwa transportasi laut merupakan infrastruktur utama yang menjadi tulang belakang kemajuan Indonesia. Beberapa waktu silam, Jurusan Transportasi Laut ITS pun berada dalam barisan terdepan kerja sama dengan Belanda mengenai perbaikan kinerja logistik Indonesia, khususnya yang melalui laut.
Untuk mencapai efisiensi program tersebut, maka sangatlah penting untuk melibatkan government, company, dan university. Visi maritim juga harus menjadi pegangan kuat untuk mengembangkan potensi laut tersebut. Pakar Kelautan IPB, Rochmin Dahuri, pernah menyebutkan bahwa dari 114 pelabuhan umum di Indonesia, tidak satu pun memenuhi standar pelayanan internasional. Seperti pelabuhan milik ‘tetangga’, PSA Singapura, atau Tanjung Pelepas Malaysia.
Namun, ide-ide dahsyat Dirut PT Indonesia Port Corporation (nama baru PT Pelindo II), RJ Lino, justru muncul secara bombastis. Dahlan Iskan, Menteri BUMN, menyebutnya ”Inilah The New Tanjung Priok”. Proyek pelabuhan baru Tanjung Priok yang diestimasikan akan menelan cost sebesar Rp 40 triliun ini memang dibangun dengan tujuan jauh lebih besar dari cost yang sangat bengkak itu.
Merujuk dari manufacturing hope yang ditulis oleh Dahlan Iskan, dikatakan bahwa inilah proyek yang ketika terealisasi nanti akan mengubah logistik nasional. ”Inilah SATU proyek yang kalau jadi nanti nilainya lebih besar dari apa yang sudah dibangun di Tanjung Priok selama 130 tahun,” ungkap Dahlan dalam tulisannya.
Proyek ini pulalah yang akan membuat pelabuhan di Indonesia tidak kalah dari PSA ataupun Tanjung Pelepas. Kapal terbesar di dunia pun dapat bersandar di Jakarta. Saat ini sudah ada kapal yang besarnya bisa mengangkut 18 ribu kontainer. Padahal pelabuhan sebesar Tanjung Perak Surabaya saja hanya mampu menerima kapal berkapasitas 3000 kontainer.
Lantaran hal tersebut, Lino pun menggagas adanya pelabuhan baru dengan kedalaman yang cukup sehingga bisa dimasuki kapal-kapal besar dengan daya angkut hingga 18 ribu TEUs. Pelabuhan ini nantinya berada di tengah laut untuk mencapai kedalaman 16 meter.
Proyek yang telah diresmikan oleh Presiden SBY pada Maret lalu ini pun tengah dijalankan. Asumsinya, kapal-kapal yang dulunya ‘enggan’ singgah karena kapasitas pelabuhan yang kurang memadai, tak akan perlu dikhawatirkan lagi.
Ditinjau dari sisi market need, pelabuhan tersebut merupakan mata rantai dari sistem transportasi. Sehingga kinerjanya pun akan sangat memengaruhi kegiatan transportasi secara keseluruhan. Dengan pembangunan pelabuhan yang besar ini, maka pemanfaatan aktivitas ekspor-impor pun akan dapat dimaksimalkan.
Pelayanan untuk memenuhi perdagangan internasional dari hinterland pelabuhan pun menjadi lebih terjangkau. Hal tersebut akan sangat membantu stabilitas perputaran roda pengembangan industri regional.
Berawal dari situ, industri yang bergerak dalam bisnis perkapalan pun akan gencar melakukan gerakan antisipasi. Mana mungkin mereka (industri kapal, red) akan berdiam diri dan tak pernah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bahwa untuk memerbaiki kinerja logistik tak cukup dengan mambangun pelabuhan besar. Tetapi juga diperlukan inovasi-inovasi kapal itu sendiri.
Dan apakah ITS siap menghadapi keadaan tersebut? Tak banyak perguruan tinggi yang concern ke dalam dunia kemaritiman. Tapi ITS punya. Dan ITS harus siap. Di sini ada satu contoh konkret yang agaknya akan sedikit menjawab pertanyaan yang sebelumnya terlontar.
Yakni tentang kapal pelni yang sempat ditinggalkan hampir setengah penumpangnya. Beralihnya penumpang kapal ke maskapai penerbangan itu berdampak pada pedagang kecil antar pulau. Harga-harga barang pun langsung naik drastis. Melihat hal tersebut, PT Pelni pun menggagas kapal baru dengan konsep kapal 3-in-1.
Lagi-lagi, Fakultas Teknologi Kelautan ITS pun digandeng untuk merealisasikan ide tersebut. ITS dianggap sudah berpengalaman meredesain kapal Pelni. Sehingga, para punggawa kapal ITS pun turut ambil bagian dalam proyek tersebut. Melihat keterlibatan ITS terhadap kondisi maritim bangsa ini, sudah sepantasnya hope kemaritiman Indonesia menjadi orientasi para ahli output-an kampus perjuangan ini.
Karena ITS punya punggawa-punggawa kapal dengan berbagai disiplin ilmu yang dimiliki. Bukankah hal itu merupakan sebuah sinar harapan? Gagasan-gagasan luar biasa hanya akan berhenti sebagai wacana jika kita tak turut andil ke dalamnya. Seperti yang pernah saya dengar dari salah seorang dosen, ”Jika kita tidak menjadi bagian dari solusi, maka kita adalah bagian dari masalah.
Dalam hal ini, ITS juga tengah menularkan semangat kemaritiman tersebut kepada masyarakat. Salah satu wujudnya adalah kegiatan Marine Icon 2013 yang baru-baru ini. Acara yang diprakarsai oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan (Himasiskal) tersebut merupakan sarana untuk menumbuhkan tunas-tunas bangsa yang cinta kepada dunia maritim. Membawa semangat Jaya Maritimku, Jembatan Menuju Indonesia Emas, juga untuk memberi wawasan kepada masyarakat agar lebih mencintai kemaritiman nasional. .
Berikan pemikiran-pemikiran hebat yang kita miliki. Realisasikan ide-ide besar sang penggerak. Kita adalah harapan mereka. Mimpi akan menjadi nyata jika kita melakukannya bersama, bersungguh-sungguh, dan sepenuh hati. Ribuan langkah yang kan kita ayunkan adalah demi senyum ibu pertiwi.
Holly Aphrodita
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri
Angkatan 2011
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)