ITS News

Minggu, 28 Juli 2024
20 Juli 2013, 13:07

Punya Gedung Mentereng, Apa ITS Siap?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pembangunan besar-besaran di  ITS ini dilakukan dalam rangka menyambut upaya Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) untuk mengembangkan sektor pendidikan. Terdapat tiga hal yang menjadi pilar utama Kemendiknas dalam hal ini. Di antaranya adalah mengembangkan riset unggulan bagi perguruan tinggi, basic science, dan pelatihan bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

”Pembangunan di ITS ini untuk memenuhi tantangan dari Kemendiknas tersebut,” tutur Ir Muhammad Faqih MSA PhD, Pembantu Rektor II ITS. Yakni untuk pengembangan riset, ITS tengah melakukan pembangunan Research Centre yang nantinya menjadi pusat pengembangan studi energi. Sedangkan untuk basic science, ada Menara Science yang masih dalam tahap pembangunan di kawasan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Faqih mengaku, dalam menerima tantangan tersebut pun dibutuhkan keberanian dan pertimbangan. ”Ada resiko yang harus berani diambil untuk melakukan pembangunan ini,” jelasnya. Ya, termasuk di antaranya terkait pengelolaan gedung lain yang sudah ada. Pembangunan dan pengelolaan terseut diakuinya tidak dapat berjalan beriringan. Pasalnya, perlu keseimbangan pengalokasian dana.
Namun menurut Faqih, jika hanya berfokus pada masalah pengelolaan gedung yang sudah ada, ITS tidak akan cepat berkembang. ”Kelak setelah gedung baru tersebut dapat dimanfaatkan, lambat laun fasilitas atau gedung yang lain juga akan dapat membaik dan ikut berkembang,” lanjutnya.
Sebelum bergaya dengan dua gedung mentereng, mari merujuk pada fakta permasalahan di gedung enam lantai, Perpustakaan Pusat ITS. Aspek vital gedung tersebut beberapa bulan terakhir cukup bermasalah. Aksesibilitas yang ada di sana hanya menggunakan tangga. ”Lift di perpus ini memang sudah waktunya diganti, usianya sudah mencapai 18 tahun,” ujar Drs Mansur Sutedjo SIP, Kepala Perpustakaan ITS. 
Untuk perbaikan lift ini, ITS masih harus menunggu dana dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Akibatnya, para pengunjung harus menggunakan tangga untuk naik ke lantai dua hingga lima. Mungkin tak akan terlalu berat ketika hanya di lantai tiga, namun untuk ke lantai lima? Dapat dibayangkan betapa melelahkannya. Dan apa jadinya jika hal yang sama terjadi di gedung yang baru? Terbayangkah harus berjalan melalui tangga untuk mencapai lantai ke sebelas?
Tak kalah vital, permasalahan kedua di perpustakaan ITS ini adalah pipa air. Saluran air sempat terhambat akibat rusaknya pipa air yang ada di gedung tersebut. Pasalnya, sama seperti nasib lift, pipa tersebut belum pernah diganti sejak tahun 1995 silam. Akibatnya mengalami korosi parah dan akhirnya rusak.
Namun, untuk masalah pipa air ini, pihak sarana dan prasarana cukup cepat menanggapinya. ”Pipa segera diganti, meskipun kapasitasnya lebih kecil yang mengakibatkan daya angkatnya pun lebih kecil,” lanjut Mansur. Menghindari terjadinya kerusakan lagi, penggunaan pipa tersebut pun dibatasi. Sekurangnya hanya dua jam dalam sehari digunakan untuk menyalurkan air ke enam lantai.
Dengan daya angkat yang kecil dan juga waktu penggunaan yang terbatas mengakibatkan ketersediaan air bermasalah. Inilah mengapa masalah air ini disebut vital. Karena permasalahan tersebut menimbulkan masalah-masalah baru. Akibatnya, air yang di-supply  tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari di gedung tersebut. Toilet menjadi semakin kotor. Kenyamanan pengunjung pun menjadi berkurang.
Tak hanya soal gedung tertinggi, perlu ditilik juga gedung serta fasilitas di setiap jurusan. Selain terdapat jurusan yang giat melakukan renovasi maupun pembangunan, masih terdapat jurusan yang belum terurus dengan baik. Pemerataan perhatian itulah yang belum dapat sepenuhnya ter-cover, sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam pembangunannya.
Untungnya, melihat masalah-masalah yang telah terjadi, Pembantu Rektor bidang keuangan, perencanaan, dan pengembangan ini sudah menentukan beberapa langkah strategis. Harapannya dapat meminimalisir terjadinya permasalahan serupa. Salah satunya adalah dengan efisiensi energi. Kegiatan di ITS seringkali terhambat akibat pemadaman listrik, untuk itu ke depannya diupayakan supply listrik menggunakan solar cell.
Untuk permasalahan lift sendiri, nantinya akan dilakukan maintenance secara rutin dan berkala oleh teknisi yang sudah ahli mengangani urusan tersebut. Hal itu bertujuan untuk menghindari kerusakan lift secara mendadak maupun kerusakan yang terjadi sebelum masanya. Untuk masalah gedung jurusan pun pihak rektorat sudah menginisiasi adanya degeneralisasi jurusan.
Setiap fakultas nantinya akan memiliki satu gedung tower yang digunakan untuk kuliah. Gedung tersebut khusus untuk kelas-kelas di satu fakultas tersebut. Sedangkan gedung lainnya yang lebih kecil digunakan untuk laboratorium dan juga keperluan yang lain. Seperti ruang dosen, sekretariat jurusan, maupu ruang tata usaha. Dengan begitu nantinya tempat kuliah pun menjadi tanggung jawab bersama fakultas yang bersangkutan. Pengawasan pun menjadi lebih mudah.
Meski demikian, pengelolaan seperti itu pun membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, nantinya gedung tersebut akan menjadi tanggung jawab penggunanya. ”Jadi untuk perawatannya, harus bisa memaksimalkan penggunaan gedung tersebut untuk memperoleh revenue,” papar Faqih. Reveneu itulah yang nantinya akan dimanfaatkan untuk merawat gedung digunakan. Faqih juga mengakui memang tak mudah mengubah mindset seperti itu. Perlu komitmen yang tinggi dan upaya yang lebih intensif.
Setidaknya dengan akan lahirnya dua tower baru di ITS, tidak kemudian membuat lalai untuk untuk menjaga dan merawat gedung dan fasilitas yang ada. Karena sayang sekali jika kelak kampus kita memiliki gedung yang bagus dan megah namun gedung dan fasilitas lain yang lain tidak dirawat dengan baik.

Tim Redaksi ITS Online

Berita Terkait