ITS sendiri sebenarnya sudah punya tiga mobil surya sebelumnya. Di antaranya Widya Wahana 1, Widya Wahana 2, dan Widya Wahana 3. Ketiga mobil tersebut juga diciptakan guna mengikuti perlombaan World Solar Challenge di Australia. Sayangnya, tiga karya sivitas akademika tersebut gagal berangkat ke Australia karena kendala dana. ”Untuk generasi yang ini, hampir pasti berangkat,” ujar Dr Muhammad Nur Yuniarto, dosen pembimbing proyek Widya Wahana Sapu Angin.
Dosen Jurusan Teknik Mesin ITS ini menambahkan, proyek pembuatan mobil surya ini menyerap dana yang tidak sedikit. Pasalnya, komponen mobil yang digunakan merupakan kualitas terbaik yang ada di pasaran. ”Dana Rp 700 juta yang terserap, sebagian besar digunakan untuk membeli sel surya dan motor,” terangnya.
Sel surya tersebut memiliki efisiensi yang cukup tinggi hingga 22,5 persen. Di samping itu, kontingen tunggal Indonesia dalam ajang World Solar Challenge 2013 ini juga dilengkapi dengan baterai yang memiliki daya simpan hingga 5 KW.
Kecepatan dari Widya Wahana Sapu Angin sendiri bisa mencapai 100 kilometer per jam. Hal tersebut cukup menggembirakan mengingat untuk mencapai garis finis dalam kejuaraan World Solar Challenge, mobil surya hanya memerlukan kecepatan 80 kilo meter per jam. ”Untuk Itu kami cukup yakin mobil ini bisa memenuhi target mencapai finis pada perlombaan nanti,” jelas Nur.
Rektor ITS, Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA, memberikan apresiasi yang cukup tinggi terhadap karya sivitas akademika kampus perjuangan kali ini. Sebab, dengan lahirnya Widya Wahana Sapu Angin, mimpi para pendahulu ITS untuk berlaga di kejuaraan mobil surya internasional selangkah lagi terealisasi.
Namun, Tri Yogi juga menyadari bahwa Widya Wahana Sapu Angin masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga, target yang dibebankan tidak terlalu besar. ”Tidak ada target resmi dari ITS. Bisa mencapai finis saja kami sudah bersyukur,” tuturnya.
Meskipun begitu, Dosen Jurusan Teknik Mesin ITS ini juga berpesan agar para kontingen tetap semangat. Tidak ada alasan bagi mereka untuk minder dengan kontingen dari negara lain. Terlebih, Widya Wahana Sapu Angin merupakan kontingen satu-satunya Indonesia dalam kompetisi tersebut. ”Harumkan nama ITS dan Indonesia di Australia,” pesan Tri Yogi. (ali/izz)
Kampus ITS, ITS News — Menyokong antisipasi terjadinya bencana serta terus berupaya mengedukasi masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui
Kampus ITS, ITS News — Transisi menuju energi terbarukan menjadi fokus utama demi lingkungan yang berkelanjutan. Mendukung hal tersebut,
Kampus ITS, ITS News — Sektor industri memainkan peran yang cukup penting dalam meningkatkan daya saing di pasar global. Mendukung
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui PT ITS Tekno Sains semakin dipercaya untuk mendukung sektor