Keberhasilan tim Robot ITS dan Sapu Angin menjuarai kompetisi masing-masing juga menjadi pelecut tambahan. Tak pelak, hal itu membuat semangat para serdadu ITS meningkat berlipat ganda. Dukungan dari segenap sivitas akademika yang mengalir deras juga semakin memantapkan keyakinan. Dosen, mahasiswa, alumni turut ambil bagian dalam tahap persiapan. Spanduk kejayaan terbentang di setiap sudut kampus. Hingga sebuah slogan baru pun lahir, Gulingkan Gajah di Kandangnya.
Persiapan dari kontingen ITS sendiri juga tak kalah heroik. Siang malam mereka menyiapkan bekal untuk di bawa ke medan pertempuran. Poster dibuat se-menarik dan se-interaktif mungkin. Presentasi juga dipersiapkan agar mampu memikat hati para juri. Sampai salah satu kawan saya pun berkata, ”Saya ingin sekali mengangkat trofi pimnas tahun ini,” harapnya dengan wajah penuh keyakinan.
Hingga akhirnya hari pemberangkatan tiba. Dengan bangga rektor ITS melepas para duta kampus yang akan mengharumkan nama almamater di Kota Gudek. Teriakan kata Vivat semakin membakar semangat pemuda-pemuda Sepuluh Nopember.
Selama sepekan kontingen ITS terus berjuang memperoleh hasil yang terbaik. Rasa optimis juara masih tetap melekat memasuki babak-babak awal. Namun, semakin mendekati fase-fase akhir, perasaan tersebut mulai memudar. Banyak peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan. Strategi yang dipersiapkan pun tak mampu memperbaiki keadaan.
Hingga pada puncaknya ketika malam pengumuman perolehan medali. Impian mahasiswa ITS mengangkat trofi Ardhikarta Kertawidya luluh lantah saat Universitas Brawijaya Malang ditegaskan sebagai juara umum. Sang tetangga berhasil mengoleksi delapan emas, tujuh perak dan tiga perunggu. Lebih unggul dari pada kampus perjuangan yang hanya dapat mengumpulkan enam emas, lima perak, lima perunggu dan satu medali favorit.
Hasil tersebut sontak menjadi pukulan telak bagi ITS. Menjadi perguruan tinggi dengan kontingen terbanyak ternyata tak menjamin dapat meraih juara umum dengan mudah. Euforia yang dibangun sejak awal akhirnya juga tak dapat menjadi ending dari segala perjuangan.
Belajar dari pengalaman tersebut, tahun ini euforia ITS tak sesemarak tahun lalu. Tak banyak spanduk yang bertuliskan bawa oleh-oleh juara umum Pimnas atau pindahkan piala Ardhikarta Kertawidya ke Kota Pahlawan. Padahal, kontingen yang dikirim mengalami peningkatan. Total ada 44 tim yang siap membirukan Pimnas XXVI Mataram.
Mungkin saja kampus perjuangan sadar. Tak perlu berkoar berlebihan sebelum bertanding. Pembuktian melalui prestasi merupakan langkah yang paling bijak. Sehingga tak ada beban walau nanti hasil yang didapat tak sesuai dengan harapan.
Meskipun begitu, bukan berarti tak ada dukungan dari sivitas akademika. Masyarakat kampus Sepuluh Nopember selalu berada selangkah di belakang kontingen ITS. Bahkan salah satu dosen pembimbing PKM di ITS beberapa waktu lalu mengatakan, ”Tahun ini Pimnas adalah milik kita,” ucapnya kepada saya.
Saya pun menimpal balik, ”Kenapa anda yakin sekali Pak?” Ia menjawab, ”Karena kita sudah terlalu lama menunggu. Saat ini kita sudah siap untuk mencapai posisi itu,” jawabnya meyakinkan. ”Kalau dimisalkan dengan bom waktu yang terus berjalan, kita sudah berada pada titik akhir yang siap untuk meledak,” lanjutnya.
Ya. Saya pun sependapat dengan dosen tersebut. ITS sudah terlalu lama menjadi bayang-bayang UGM, UB, maupun IPB dalam perhelatan Pimnas. Pencapaian terbaik ITS hanya sampai pada posisi runner-up. Kita tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnya menjadi juara umum. Kalau di analogikan dengan tim sepakbola. Julukan tim nasional Belanda mungkin tepat untuk ITS, Juara Tanpa Mahkota.
Namun, Belanda pun juga tak ingin hanya menjadi juara tanpa mahkota. Begitu juga dengan ITS. Untuk itu, inilah saatnya mengakhiri puasa gelar ITS dalam kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. Selamat bertanding kawan. Kumandangkan himne ITS di tanah Mataram.
Tak lupa dukungan dan doa juga kami berikan kepada tim Sapu Angin Speed yang sedang bertanding di Jepang dalam kompetisi Student Formula Japan (SFJ) 2013. Berikan yang terbaik bagi almamater tercinta. Vivat !!!!
Ali Mustofa
Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ITS
Angkatan 2011
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)