ITS News

Senin, 02 September 2024
27 September 2013, 18:09

Popularitas ITS Bermasalah, Benarkah?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sudah tentu kita merasa bangga bila menjadi bagian dari kampus yang dibangun dari hasil keringat orang-orang pribumi di negeri ini. Namun hal itu tidak cukup, kita butuh membuat bangga kampus ini. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan terus-menerus menggelorakan semangat sepuluh nopember ke seantero nusantara. Menjadi duta yang mengharumkan dan menyebarluaskan nama baik ITS adalah jawabannya.

Sangat disayangkan ketika PT yang sudah puluhan kali berlabel juara nasional dan internasional seperti ITS masih jauh dari mimpi anak-anak terbaik negeri. Saya masih ingat betul kala itu pernah ditanya seseorang ketika baru saja memulai kehidupan di kampus ITS.

”Sekolah dimana, Firman?” tanya salah seorang teman saya.

”Di ITS,” jawab saya singkat.

Lalu dia melanjutkan percakapan dengan menjustifikasi bahwa kampus ITS berada di daerah Semarang. ”Oh, kos di daerah Semarang yang mana?” tambahnya polos.

Kaget? Saya sendiri tidak habis pikir mengapa hal demikian yang terjadi. Meski saya akui bahwa saya baru mengenal ITS ketika sudah menjadi mahasiswa. Tetapi kampus ITS ini layak disandingkan dengan kampus-kampur besar lain di Indonesia. Jelas, tulisan ini dibuat tidak hanya untuk sekedar mendikte performansi kampus ITS. Lebih dari itu, saya berharap kita semua bisa berkolaborasi untuk membangun reputasi nasional kampus ini demi menggapai reputasi internasional kelak.

Lantas, bagaimana mungkin mereka para penerus bangsa ini mampu melanjutkan studi ke ITS bila tidak mengenalnya terlebih dahulu. Ketika kita sebagai mahasiswa ITS menganggap sudah sewajarnya bila putra-putri terbaik bangsa belajar di kampus perjuangan ini maka kita perlu mengenalkan mereka sebesar apa ITS itu.

Pun demikian, masih saja ada orang yang sudah mengetahui eksistensi ITS namun tidak secara menyeluruh. Misalnya saja bagi mereka yang tidak mengetahui kepanjangan huruf S pada singkatan ITS bermakna Sepuluh Nopember, bukan Surabaya apalagi Solo. Lebih lanjut, popularitas ITS yang hanya terdengar di belahan Indonesia bagian timur seringkali berimbas pada ketidakmerataan input mahasiswa baru yang berasal dari belahan Indonesia bagian barat.

Tercatat, hampir setiap tahun ITS menerima 3000 lebih mahasiswa dari seluruh Indonesia dengan komposisi hanya sebesar 30 persen saja yang berasal dari luar Provinsi Jawa Timur. Padahal, kampus ini berhak untuk menerima proporsi jumlah mahasiswa baru lebih dari itu. Bukan tidak mungkin hal ini akan meningkatkan mutu dan heterogenitas pemikiran yang dinaungi oleh ITS.

Coba bayangkan, apa yang akan terjadi ketika ITS dapat menjadi pusat pendidikan tinggi Indonesia yang memiliki keragamanan budaya dan intelektualitas mahasiswa dari seluruh Indonesia, tentu akan memantapkan ITS dalam meraih citanya. Kita semua berharap agar seluruh sivitas akademika ITS dapat terus bergerak melangkah sehingga tidak hanya mentok untuk sekedar mengukur masalah.

Firman Faqih Nosa
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri Angkatan 2011.

Berita Terkait