ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
26 Oktober 2013, 09:10

Pusat Inkubator ITS Bina 45 Mahasiswa Technopreneurship

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Awalnya, Kemenkop dan UKM menunjuk Pusat Inkubator Industri (PII) ITS untuk membina 30 mahasiswa technopreneurship pada tahun 2012," kata Ketua PII ITS Ir Elly Agustiani M.Eng di Surabaya, Jumat.

Didampingi wakilnya Yuda Prasetiawan ST M.Eng, ia menjelaskan Kemenkop dan UKM memberi kepercayaan lagi pada tahun 2013 dengan dukungan dana Rp 900 juta.

"Akhinya, kami menambah sebanyak 15 mahasiswa technopreneurship, sehingga mahasiswa binaan kami sekarang mencapai 45 orang," katanya, didampingi dua mahasiswa technopreneurship, Akbar Eko Mahendra (branding consultant), dan Angger Diri Wiranata (furnitur dari kardus ‘DusDukDuk’).

Menurut dia, 45 mahasiswa techonopreneurship binaan PII ITS itu terbagi dalam tiga kelompok yakni ICT, kerajinan dan industri kreatif, serta industri pengolahan.

"Tahun 2014, kalau kami mendapat dukungan Kemenkop dan UKM lagi, maka kami akan memberikan dukungan modal 45 mahasiswa technopreneurship agar lebih berkembang lagi," katanya.

Ia menjelaskan Pusat Inkubator Industri di ITS berbeda dengan Pusat Kewirausahaan di perguruan tinggi lain, karena wirausahawan yang dibina adalah mahasiswa, bisnisnya mulai dari nol, dan berbasis iptek/ICT.

"Namanya saja inkubator, maka kami membina bayi, yakni mahasiswa atau alumni yang memulai usaha selama 1-3 tahun (start-up business). Umumnya, mereka berasal dari pemenang PKM-K (Pimnas), PMW (ITS), dan peserta kuliah technopreneurship yang tertarik berbisnis," katanya.

Namun, katanya, Pusat Inkubator Industri ITS tidak akan melepas begitu saja mahasiswa binaan yang sudah berproses selama tiga tahun. "Kami tetap ingin mereka berkembang, tapi tempatnya bukan inkubator bisnis lagi, melainkan klinik bisnis," katanya.

Dalam klinik bisnis itu, para wirausahawan muda itu akan bertemu dengan pengelola UKM mitra PII ITS yang bekerja sama dengan Pemkab Gresik, Sidoarjo, dan sebagainya.

"Jadi, para wirausahawan muda itu akan belajar kepada seniornya yang sudah malang melintang dalam dunia UKM, namun mereka masih dipercayakan kepada PII ITS untuk meningkatkan kapasitasnya," katanya.

Ditanya tentang kriteria mahasiswa technopreneurship yang dinilai sukses, ia mengatakan usahanya mengalami peningkatan omset hingga 100 persen dari sebelumnya, berani utang, dan produk usahanya sudah stabil.

"Kami tidak berharap semuanya akan jadi mahasiswa technopreneurship, bahkan kami menargetkan ada 20 persen dari 45 mahasiswa itu yang ‘jadi’ saja sudah bagus," katanya.

Tentang mahasiswa technopreneurship yang dinilai sudah mulai "berjalan", ia menyebut tiga contoh yakni kursi dokter gigi, pantun energi (kapal), dan alat perah susu otomatis.

"Kendala utama mereka dalam pemasaran, lalu pemerintah juga belum menjami perlindungan usaha mandiri mereka, karena mengurus HAKI itu lama dan banyak orang kita yang sudah melakukan pembajakan, namun semangat mereka sangat tangguh," katanya. (*)

Berita Terkait