ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
06 Januari 2014, 11:01

Mahal, Mahasiswa ITS Bikin Printer 3D Sendiri

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Alih-alih membeli, Aditya Brahmana, Didik Purwanto, dan Farras Kinan justru terpacu untuk membuat printer 3D ala mereka. Tidak disangka, printer 3D rakitan mereka berhasil meraih juara pertama kategori Embedded System dalam Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) 6 2013.

Ketiga mahasiswa angkatan 2011 ini memang penggila teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka tidak pernah absen mengikuti perkembangan teknologi, salah satunya teknologi printer. Hingga akhirnya, mereka menemukan printer tiga dimensi yang berharga lebih dari Rp20 juta.

”Harga yang benar-benar tidak murah untuk mahasiswa,” ujar Didik Purwanto, seperti disitat dari ITS Online, Senin (6/1/2014).

Aditya Brahmana mengungkap, printer yang diproduksi di luar negeri tersebut dapat mencetak bentuk apa pun dalam desain 3D. Mulai gambar bangunan, patung, maket, hingga organ tubuh manusia, yakni jantung. ”Tintanya dari sel-sel darah yang ada di tubuh manusia, yang kemudian membentuk jantung,” kata Adit.

Sejak saat itu, tiga sekawan ini terobsesi untuk memilikinya. Mereka pun akhirnya mencoba membuat printer 3D versi mereka sendiri. ”Kami hanya mengadopsi teknologinya saja dari printer yang sudah dijual itu,” jelasnya.

Teknologi yang digunakan ialah Additive Manufacturing, yakni proses pembuatan benda padat tiga dimensi yang berasal dari sebuah model digital. Teknik ini diimplementasikan secara berurutan mulai dari pencetakan lapisan paling bawah hingga lapisan paling atas. Urutan tersebut didasarkan pada koordinat yang telah ditentukan lewat software desain tiga dimensi.

Menurut Adit, printer 3D versi mahasiswa ITS ini masih tergolong sederhana. Pasalnya, baru dapat mencetak objek yang berasal dari tinta plastik saja. Selain itu, objek yang bisa dicetak hanya satu warna, bergantung pada tinta plastik warna apa yang dimasukkan. Tinta plastik yang digunakan printer 3D karya trio mahasiswa kampus perjuangan ini berjenis PLA Polilatic Acid.

Akan tetapi, meskipun sudah berhasil menciptakan sebuah teknologi, beberapa kendala sempat menghampiri tiga mahasiswa ITS tersebut ketika proses pengerjaan. Salah satunya ialah membedakan fungsi microcontroller A dengan microcontroller yang lain.

Sehingga, mereka harus mencoba satu per satu untuk mengetahui fungsi microcontroller yang paling maksimal. ”Kami melakukan trial and error hingga menemukan yang paling bagus,” tutur Adit.

Setelah mendapat cetakan terbaik, mereka pun mencoba peruntungan dengan mengikutsertakan printer 3D tersebut ke beberapa kompetisi teknologi seperti Gemastik. Tidak disangka, sambutan dari masyarakat cukup tinggi terhadap printer yang mereka rakit. (rfa)

Berita Terkait