ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
09 Juni 2014, 14:06

Memahat Miniatur Kapal dengan Mesin Pambungkal ITS

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Keadaan tersebut menggugah lima mahasiswa Insititut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk menghadirkan inovasi baru sebagai solusi. Tergabung dalam PKM Penerapan Teknologi (PKM-T), Miftahul Ahzabuddin dan keempat kawannya membuat mesin pahat miniatur lambung kapal (pambungkal).

PKM-T itu mengangkat judul "Mesin Pambungkal Guna Mempercepat dan Efisiensi Produktivitas di UKM GITS Handycraft". Ahza menyatakan, masalah efisiensi menjadi latar belakang mereka menghasilkan mesin pambungkal. Seperti yang dialami oleh UKM milik Giat Sugiarto.

Azha menyebut, UKM tersebut pernah menerima permintaan hingga puluhan minatur. Sayang, permintaan tersebut terpaksa ditolak karena SDM yang kurang dan waktu pembuatan yang terbilang lama.

"Jadi, masalah yang dihadapi UKM pembuat kerajinan miniatur kapal tersebut adalah lamanya proses pembuatan lambung kapal. Padahal usaha yang telah dilakoni oleh Pak Giat Sugiarto ini memang sudah berhasil menembus pasar internasional. Bahkan, UKM tersebut telah menjadi langganan negara Korea Selatan," tutur Ahza, seperti disitat dari ITS Online, Senin (9/6/2014).

Ahza menjelaskan, kalau menggunakan cara manual dengan tangan, waktu yang diperlukan oleh pengerajin dari awal sampai jadi adalah tiga hingga empat hari. Tetapi jika menggunakan mesin pambungkal cukup memakan waktu dua hari saja.

"Mesin ini lebih seperti tatahan untuk menghaluskan kayu. Bedanya, alat yang kami buat menggunakan motor, jadinya tidak terlalu manual," paparnya.

Pada alat tersebut juga tersedia meja yang digunakan sebagai pijakan saat meraut kayu yang akan dibentuk lambung. Mejanya sendiri memiliki kelebihan dalam hal pergerakan. Meja tersebut bisa bergerak searah sumbu X, Y, Z, berputar, dan jungkat-jungkit.

"Meskipun sudah otomatis, kami tetap mempertahankan kemanualannya dengan cara memegang dan menggerakkan handle di meja saat sedang dibentuk dalam pambungkal. Hal ini untuk menjaga konsep seni yang memang sudah dari awal-awal usaha dilakukan secara manual menggunakan tangan," kata Azha.

Ke depan, Azha dan kawan-kawan berharap karya tersebut bisa dipatenkan. Sehingga nantinya dapat digunakan oleh masyarakat yang membutuhkan. "Melalui karya ini, saya dan tim juga berharap agar di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) nanti bisa membanggakan almamater dengan membawa medali emas," tuturnya. (rfa)

Berita Terkait