ITS News

Selasa, 12 Agustus 2025
15 Agustus 2014, 19:08

Mahasiswa ITS Berantas Buta Aksara Lewat Arisan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
PKM-M ini beranggotakan empat mahasiswa yaitu Hamida Kurniawati, Arizky Rachmad Sudewo, Muhammad Sony Fahrizal, dan Khalida Putri Firdausi.  Mereka menamai PKM-M ini dengan Arisan Baca Tulis : Program Pemberantasan Buta Aksara dengan Metode Arisan sebagai Upaya untuk Meningkatkan Minat Baca dan Tulis bagi Ibu-Ibu di Wilayah Keputih Tinja, Sukolilo, Surabaya Timur.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keluhan langsung dari salah seorang warga penyandang buta aksara. "Ternyata ketika kita datangi salah satu kampung, kita menemukan salah seorang Ibu yang berprofesi sebagai buruh bangunan dan mengaku warga setempat masih banyak yang belum bisa membaca dan menulis," jelas Arizky Rachmat Sudewo, anggota tim PKM-M. 
Program ini pun mendapatkan kesan baik dan harapan dari Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BPPNFI) Surabaya. "Saya terkesima dengan program penuntasan buta huruf yang dilakukan dengan cara yang tidak biasa, seperti arisan. Nah, untuk itu mari kita kembangkan tidak hanya membaca dan menulis tetapi juga berhitung (Calistung)," kesan Misadi, perwakilan BPPNFI dalam sambutan pembukaannya.
Unik, itulah kata yang bisa menggambarkan PKM ini. Dalam program penuntasan buta aksara ini, teknis arisan yang digunakan dikemas dengan teknik yang berbeda. Selain tidak mengeluarkan uang untuk ibu-ibu, arisan ini juga melatih keberanian peserta belajar. 
Caranya pun mudah. Peserta yang berani unjuk diri untuk membaca, akan mendapatkan sebuah lintingan kertas yang telah bertuliskan namanya. Semakin berani untuk membaca, maka semakin banyak namanya pada lintingan kertas tersebut. Itulah poin permainannya. Nantinya, peserta dengan poin terbanyak akan mendapatkan hadiah doorprize.
    
Kegiatan ini ternyata juga mendapat perhatian khusus dari Kepala Jurusan Teknik Sipil sekaligus pemerhati sosial, Budi Suswanto ST MT PhD.  Ia memberikan motivasi kepada peserta belajar untuk menciptakan suasana kekeluargaan dalam belajar agar peserta tidak malu dengan para  mahasiswa. "Jadi, memang sudah kewajiban mahasiswa untuk peduli dengan masyarakat dalam bentuk PKM ini. Anggaplah mahasiswa ini anak sendiri bukan seperti guru dan murid," ajak Budi kepada dua puluh calon peserta belajar yang hadir. (riz/ady)

Berita Terkait