ITS News

Rabu, 21 Agustus 2024
05 September 2014, 19:09

Berkat Kuliah Online, Leo Melancong ke MIT

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kepada ITS Online, Leo menceritakan bahwa pengalaman berharga tersebut berawal saat ia sedang menjalani kuliah Business Intelligence and Data Warehouses di ITS. Ia diminta untuk menonton video Microsoft Virtual Academy, salah satu situs kuliah online gagasan dari Microsoft.

"Saat itu saya tidak sengaja membuka dashboard dan ada link ke situs Degree.com,” ujarnya. Dari situs tersebut ia lantas menemukan situs kuliah online EdX dan merasa tertarik untuk mendaftarkan diri di bidang kewirausahaan.

Dari sekian banyak situs kuliah online, Leo sengaja memilih EdX. Alasannya,  situs tersebut didirikan langsung oleh Harvard University dan MIT. Bagi Leo, MIT adalah institusi yang sangat menarik karena memiliki jurusan bisnis terbaik di dunia, meski MIT adalah sekolah teknik.

Selama delapan Minggu, sejak Maret hingga Mei, Leo menjalani kuliah online di EdX. Baginya, menjalani kuliah online sangatlah mudah dan menarik. "Kita bisa menambah wawasan kita dengan materi-materi kuliah langsung dari universitas yang populer di dunia," ungkap Leo.

Dengan kedisiplinannya dalam mengikuti kuliah dan ujian, akhirnya Leo mendapatkan sertifikat langsung dari MIT atas kelulusannya dalam kuliah online ini. "Saya sangat bersyukur karena saya mendapatkan nilai 67 pada ujian akhirnya. Karena untuk mendapatkan sertifikat asli, nilai minimal yang harus dicapai dalam ujian adalah 50," tuturnya bangga.

Setelah sukses mendapatkan sertifikat asli tersebut, keberuntungan kembali menghampiri Leo lewat datangnya undangan dari MIT dalam acara MIT Entrepreneurship Bootcamp. "Saat itu saya mendapat email yang berisi ajakan untuk mendaftar ke Bootcamp tersebut. Karena lokasi Bootcamp itu adalah di MIT, saya pun memutuskan untuk mendaftar," cerita mahasiswi asal Surabaya ini.

Keberuntungan Lewat Telepon
Undangan Bootcamp yang didapatkan oleh Leo ternyata tidak gratis, bahkan biayanya sangat mahal. Menurut keterangan Leo, kegiatan ini meminta dana peserta sebesar 6000 dolar setara dengan Rp 65 juta. "Dana sebesar itu tentu tidak dapat saya dapatkan. Namun, ternyata MIT memberikan beasiswa untuk acara ini kepada beberapa peserta yang berpotensi dan memilki ide yang inovatif," ungkapnya.

Melihat kesempatan tersebut, akhirnya Leo pun memutuskan untuk mendaftar dan mengikuti setiap seleksinya. Dalam Bootcamp ini, tercatat 561 pendaftar, 220 orang lolos wawancara, dan 48 orang yang diputuskan bisa berangkat ke MIT. Hebatnya, Leo termasuk ke dalam daftar peserta yang berangkat ke MIT.

Namun, keterbatasan dana yang dimiliki Leo ternyata menjadi hambatan sendiri. Mahasiswa asal Surabaya ini memutuskan untuk membiarkan kesempatan tersebut, hingga satu hari ia mendapat telepon langsung dari MIT.

Pada telepon pertama, Leo mendapat selamat langsung dari panitia Bootcamp karena berhasil masuk ke dalam daftar peserta yang ikut Bootcamp. Saat telepon pertama ini, ia mengungkapkan ketidaksanggupannya dalam pembayaran.

Keesokan harinya, ia mendapat telepon lagi dari orang yang sama. "Panitia tersebut meminta saya untuk mencari sponsor. Namun karena saya sulit mencari link, saya menyatakan ketidaksanggupan saya," papar Leo.

Tak disangka, ia mendapat kembali mendapat telepon untuk ketiga kalinya. Dalam telepon tersebut, ia mendapatkan berita bahwa ia menjadi salah satu penerima beasiswa untuk berangkat ke MIT. "Saat itu saya benar-benar kaget dan senang sekali," ujarnya berbinar.

Menurut Leo,ia berhasil mendapatkan beasiswa tersebut karena pihak MIT menyukai inovasi yang diajukannya, yaitu Blood Bank Information System (BloobIS). "Saya mengajukan inovasi ini karena saya adalah salah satu tim dari BloobIS," terangnya.

BloobIS adalah satu layanan informasi yang menghubungkan antara penyedia dan pencari darah. Visi utama dari BloobIS ini adalah agar tidak ada orang yang meninggal karena kurangnya atau terlambatnya donor darah.

Belajar Membangun Tim
Di MIT, Leo mendapatkan banyak pengalaman menarik terkait bidang kewirausahaan. "Di sana saya menerima pelatihan mulai dari pukul tujuh pagi hingga pukul sebelas malam. Namun saya sangat menikmatinya karena materi yang diberikan tergolong baru dan pengajarnya juga dosen- dosen terkenal," cerita Leo.

Leo juga merasakan bagaimana bekerja secara tim di MIT. "Saat itu, semua peserta dibagi menjadi sembilan kelompok. Setiap kelompok harus membuat satu ide bisnis yang nantinya akan dipresentasikan di akhir pelatihan," paparnya.

Dalam mengikuti kegiatan tersebut, Leo tidak merasa canggung dam berkomunikasi bahasa Inggris dengan peserta lainnya. "Di sana kita saling terbuka meski latar belakang kita berbeda. Hal itu akhirnya membuat tim saya mendapat posisi kedua terbaik pada presentasi inovasi bisnis," ungkapnya.

Berbagai pengalaman menarik yang ia dapatkan di MIT membuat Leo memiliki harapan tersendiri untuk ITS. Ia berharap ITS dapat mengembangkan ilmu kewirausahaan dengan lebih maksimal. "Yang ingin belajar wirausaha kan bukan hanya anak bisnis, tapi juga anak teknik. Selama ini mereka mampu membuat teknologi, namun hanya sedikit dari mereka yang mampu menjualnya," pungkas Leo. (pus/ran)

Berita Terkait