Pentingnya peran seorang asisten laboratorium pun tak hanya sebagai pembimbing praktikan saja. Kemampuan mengawasi dan pengamanan pertama saat keadaan darurat pun sangat perlu dimiliki untuk menciptakan kelancaran dan keberhasilan praktikum tersebut.
Dalam sebuah struktur pengurus organisasi sebuah laboratorium, sering disebutkan bahwa pos kedua setelah kepala laboratorium adalah asisten laboratorium itu sendiri. Di ITS, kepala laboratorium adalah seorang dosen yang memang ahli dalam bidang laboratorium tersebut. Tetapi, yang mungkin masih menjadi suatu kegelisahan adalah mereka yang menjadi asisten laboratorium yang notabene masih berstatus mahasiswa.
Tak bisa dipungkiri, menjadi asisten laboratorium adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka yang terpilih. Hal itu membuktikan bahwa mereka secara langsung adalah mahasiswa kepercayaan dosennya. Tugas tambahan seperti menjadi ‘pelapis’ ketika sang dosen berhalangan hadir untuk mendampingi para praktikan melakukan uji coba di laboratorium pun akan dirasakan para asisten laboratorium ini.
Namun, kegembiraan itu juga tak lantas begitu saja diterima oleh para asisten laboratorium, tanggung jawab akan isi dan keberlangsungan aktivitas laboratorium menjadi amanahnya. Perlu diperhatikan, pada umumnya alat-alat yang berada di dalam laboratorium memiliki spesifikasi khusus. Kekhususan itu pun juga mengantarkan pada tata cara perawatan dan penggunaannya yang tidak sama antara satu alat dengan alat lainnya.
Barang-barang yang ada di laboratorium kimia, fisika, mesin, beton, struktur, dan sebagainya tentu memiliki variasi yang bermacam-macam. Variasi tersebut kadangkala juga memunculkan potensi bahaya dalam ruangan apabila salah-salah dalam penggunaannya. Di sini, asisten variasi pun harus benar-benar bisa menjaga barang-barang tersebut tetap berada dalam kondisi yang baik dan semestinya sekalipun ketika kondisi darurat datang.
Seringkali kita mendengar kecelakaan yang terjadi di dalam sebuah laboratorium adalah karena hal sepele. Entah karena salah meletakkan sesuatu, salah merangkai, hingga salah membaca tabel peringatannya. Akibatnya, akan memberikan efek potensi bahaya yang bervariasi, mulai dari kebakaran, keracunan, terkena radiasi hingga kejatuhan salah satu alat-alatnya.
Karena itu, seperti yang diungkapkan sebelumnya, seorang asisten laboratorium harus mempunyai bekal kemampuan selain kompetensi hardskill, juga ilmu dan pengalaman apabila terjadi keadaan bahaya. Di sini, potensi bahaya bisa dikelompokkan menjadi empat macam, diantaranya potensi bahaya bio-hazard (bahaya biologis, red), fisik, radiasi, dan bahan kimia.
Untuk bahaya bio-hazard, biasanya yang paling sering ditemui adalah di laboratorium jurusan biologi, teknik lingkungan, dan teknik kimia. Bahaya jenis ini dibagi menjadi empat level, yang pertama adalah bakteri virus sedikit ringan (E coli, cacar, yang berada di dalam sarung tangan), kedua adalah bakteri virus ringan yang membutuhkan beberapa obat (hepatitis, influenza, dan demam berdarah).
Ketiga yaitu jenis bakteri virus berat tetapi masih terdapat obatnya (thypus, malaria, dan TBC). Terakhir adalah bakteri virus sangat berat dan belum ada obatnya (HIV, aids, dan virus argentina). Semua potensi bahaya itu pun setidaknya bisa diatasi dengan cara memperhatikan penempatan penyimpanan yang tidak boleh berdekatan dengan listrik serta selalu membiasakan membaca intruksi yang ada di kemasan bahan kimia tersebut. Sekali lagi, asisten laboratorium pun harus selalu mengingatkan para praktikannya dalam hal ini.
Potensi bahaya selanjutnya adalah potensi bahaya fisik. Bahaya pada kategori ini lebih cenderung mendekati bahaya peletakan dan posisi kita ketika berada di dalam laboratorium. Hal-hal yang sering terlihat adalah penataan kabel yang masih terurai, penempatan bahan-bahan praktikum yang berdekatan dengan panel listrik atau ruang mekanis, hingga kelalaian tidak memakai baju standar laboratorium.
Potensi bahaya fisik itu pun setidaknya bisa diatasi asisten laboratorium dengan cara selalu mengingatkan pengguna laboratorium agar merapikan alat-alat bekas praktikum ke tempatnya, tidak menyimpan bahan mudah terbakar di ruang mekanis atau lemari listrik, serta tak jenuh-jenuhnya untuk selalu mengingatkan agar memakai pakaian standar laboratorium.
Jika boleh menyarankan, asisten laboratorium terkadang memang harus kreatif dalam membuat sebuah tulisan pengingat yang cukup padat dan jelas di beberapa tempat strategis seperti pintu masuk laboratorium, kamar mandi, dan meja belajar ruangan tersebut.
Tidak hanya itu, karena memang potensi bahaya fisik sangat besar, maka perlu diperhatikan pula untuk pintu darurat dan selang pemadam kebakaran wajib diletakkan di tempat yang selalu terlihat oleh mata. Sehingga apabila terjadi hal buruk, reflek otak dapat langsung menuju ke tempat itu.
Potensi bahaya radiasi menempati potensi bahaya laboratorium nomer tiga. Sebab, ruangan laboratorium ternyata juga dapat berdampak menimbulkan potensi radiasi yang buruk bagi tubuh manusia di sekelilingnya.
Misalkan saja, potensi kebisingan akibat suara getaran mesin laboratorium, potensi cahaya silau akibat pengelasan atau penggabungan material besi, hingga potensi radiasi sinar-sinar pemancar seperti sinar x, alpha, beta, gamma, dan neutron. Dalam hal ini, banyak penelitian mengungkapkan apabila tubuh sering mendapat kontak dari sinar-sinar tersebut maka dapat memberikan efek buruk bagi organ-organ tubuh di dalamnya.
Lantas, upaya yang paling mudah dalam menanggulanginya hal itu adalah dengan memakai alat-alat perlengkapan yang wajib dipakai di ruangan tersebut. Seperti memakai baju laboratorium lengkap dengan sepatu, kaca mata proyek, dan headset penutup telinga demi mengurangi kebisingan alat-alat mesin yang digunakan saat praktikum berlangsung. Asisten laboratorium pun tak boleh lupa untuk melakukan hal sama.
Potensi bahaya terakhir dalam sebuah laboratorium ialah bahaya potensi zat kimia. Memang, dalam tubuh kita sendiri, tidak lepas dari bahan kimia. Tetapi zat kimia tersebut pun mampu menjadi ganas apabila menyentuh kulit manusia. Misalkan saja larutan air keras, larutan Natrium Klorida dan lain sebagainya. Beberapa larutan jenis tersebut dapat memberikan efek pada kulit kita berupa rasa gatal hingga kulit melepuh.
Meskipun terdapat risiko bahaya besar, zat kimia tersebut nyatanya bisa menjadi bahan keberhasilan kita apabila dapat meraciknya dengan benar. Dengan selalu memperhatikan petunjuk penggunaan serta mempelajari lebih lanjut mengenai zat tersebut, dapat dipastikan asisten laboratorium beserta praktikkannya akan selamat dan berhasil.
Tidak hanya bahan zat kimia, semua alat-alat yang ada di laboratorium apabila diperlakukan dengan baik maka akan bertimbal-balik pula terhadap penggunanya. Tak terkecuali para asisten laboratorium dan praktikan yang sedang melaksanakan praktikum.
Akhmadi
Mahasiswa Jurusan Desain Interior
Angkatan 2012
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)