ITS News

Senin, 02 September 2024
14 Februari 2015, 18:02

Merindukan Pemimpin Tegas dan Santun

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

”Tanahmu akan aku jual dengan harga yang tinggi," jelas sang gubernur. Tapi si Yahudi pun tetap menolak apa yang diinginkan oleh gubernur ini. Sampai akhirnya sang gubernur pun tetap membongkar paksa tempat itu. Orang ini hanya termangu melihat gubuknya yang bagaikan bulu ayam yang dicabuti dengan mudahnya. Namun, sampai penggusuran gubuk ini selesai, si Yahudi tetap berdiri terpaku di sisi agak jauh dari gubuknya menunggu bayang-bayang pasukan yang masih tertinggal di ingatannya.

Dalam kesendiriannya, dia hanya bisa mengadukan kejadian ini pada dirinya sendiri. Sampai akhirnya ilham Tuhan pun datang, "Barangkali khalifah bisa membantu terhadap apa yang sedang aku alami ini" ungkapnya dalam hati. Singkat cerita, akhirnya dia berencana untuk menemui khalifah yang kira-kira untuk mencapai tempat dimana khalifah tinggal. Dia harus berjalan kaki selama tiga bulan lamanya. Sang Yahudi pun datang ke tempat Umar bin Khattab selaku khalifah (pemimpin) di zaman itu lantas mengadukan segala keluh kesahnya, Umar pun mendengarkan cerita dari rakyatnya ini sampai selesai.

Tanpa basa-basi, Umar hanya mengatakan, "Pulang dan berikanlah tulang ini kepada gubernurmu". Tulang yang diberi garis lurus dengan menggunakan pedang sang khlaifah ini kemudian diberikan kepada rakyatnya tadi. Segera setelah itu si Yahudi pulang ke tempatnya dan langsung memberikan tulang ini kepada gubernur.

Sang gubernur yang melihat tulang ini langsung menangis dan memerintahkan pasukannya untuk membuat gubuk pemiliknya menjadi utuh seperti sedia kala. Orang yahudi pun merasa heran dengan kejadian ini. Oarng ini langsung bertanya kepada si gubernur. "Apa yang sebenarnya telah terjadi," tanya sang Yahudi. Gubernur pun menjelaskan kepada Yahudi tadi apa yang sebenarnya terjadi.

"Makna tulang busuk ini adalah engkau bakal menjadi seperti ini wahai gubernur", jelasnya terbata-bata. "Sedang makna goresan pedang ini?" tanyanya lanjut penuh keheranan. "Jika kamu tidak berlaku lurus seperti ini maka akan aku luruskan  dengan pedang ini, akan dipotong leherku dengan pedang Umar," jawab sang gubernur. Terharulah Yahudi ini melihat fenomena ini sampai-sampai tidak terasa kebencian yang mengakar di hatinya selama ini hilang diterpa angin. Pada waktu itu pula dia mengikrarkan untuk masuk Islam dengan bersyahadat.

Sepeti itulah pemimpin yang kita butuhkan sekarang. Pemimpin yang tegas kepada para bawahannya, tapi santun dan adil kepada seluruh rakyatnya. Pemimpin yang bisa menjaga kepercayaan rakyat terhadap dirinya. Nah, barangkali seperti inilah hal-hal yang dirasakan rakyat kita pada zaman ini. Mereka kehilangan kepercayaan kepada para pemimpinnya. Sepertinya saya boleh dan bahkan bisa menyebut bahwa sekarang ini merupakan era korupsinya negeri ini. Dan yang korupsi sendiri bisa bebas berkeliaran di keluar negeri.

Wajar saja kalau rakyat sekarang tidak memercayai pemimpinnya. Ibarat penumpang-penumpang yang menunggu keretanya lewat. Para penumpang ini rela menunggu sampai berjam-jam bahkan sampai rela berdesak-desakkan demi menunggu sebuah kereta. Tapi justru setelah ditunggu berjam-jam ini yang keluar hanyalah lokomotif belaka. Betapa geramnya mungkin para penumpang yang tadi. Tidak beda jauh dengan rakyat kita sekarang. Mereka sudah terlalu sering diberi janji-janji manis tapi semuanya hanyalah nol besar alias bohong belaka.

Coba kita lihat apa yang terjadi pada gubernur tadi dia sampai menangis dan mungkin lebih tepatnya lagi ketakutan melihat tulang yang diberikan kepadanya. Padahal kalau dipikir-pikir sang pemimpin tersebut jauh dari tempatnya berada. Tetapi, kalau seandainya hal itu menimpa para bawahan yang ada di negeri ini. Hal itu tidaklah berpengaruh karena justru si pemimpinlah yang kurang tegas terhadap bawahannya.

Lalu, apa kira-kira yang membuat para pemimpin sekarang ini tidak ada harganya dan boleh dibilang tidak disegani oleh para bawahannya? Jawabanya hanya satu. Itu terjadi karena para pemimpin kita memiliki akhlak yang buruk. Salah satu yang paling menonjol itu. Dari gaya hidup mereka. Banyak diantara mereka justru malah terpesona dengan jabatannya, sehingga dirinya lupa dengan apa yang diamanahkan kepadanya.

Seharusnya seorang pemimpin itu lebih miskin daripada rakyatnya. Atau setidaknya dia tidak perlu memamerkan harta kekayaannya di depan orang lain. Seorang pemimpin itu harus memperlihatkan santun dan tentunya sifat sederhananya kepada para rakyatnya, bukan malah sebaliknya.

Bagaimana mungkin seluruh rakyat negeri ini mau percaya pada pemimpin seperti itu. Karena sifat itulah rakyat tidak segan kepadanya, bahkan para bawahannya pun mungkin bertindak demikian. Setidaknya, para pemimpin kita harus bisa memperbaiki sifat-sifat mereka itu sebelum mereka dipilih oleh rakyat Indonesia. Dan juga kita selaku rakyat harus berhati-hati dalam mencari pemimpin itu. Karena urusan pemimpin itu bukanlah sesuatu yang dianggap sepele.

Hilmi Firmansyah

Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan

Angkatan 2012

Berita Terkait