Dalam roadshow itu, banyak yang ia sampaikan kepada peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni ITS. Di awal acara, ia menceritakan pengalamannya di bidang programming. Kemudian, pria berkaca mata ini juga menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan agar aplikasi karya-karya mahasiswa bisa menembus pasar. Yang pertama adalah mencari momentum. Pembuat aplikasi harus dapat membaca tren pasar yang sedang terjadi. Dengan dapat memahami tren tersebut, maka akan lebih mudah produk tersebut diterima oleh pasar.
Tak hanya itu, ia juga berpesan kepada para peserta untuk selalu melakukan update pada software yang telah dihasilkan. "Aplikasi yang selalu update akan selalu terletak pada tempat teratas dalam suatu toko aplikasi, sehingga masyarakat yang penasaran akan mengunduh aplikasi tersebut," jelas pria yang pernah berkerja di Microsoft Mobile itu.
Menurutnya, jika membuat aplikasi hanya memiliki satu bahasa, misalnya bahasa indonesia itu tidak masalah tetapi akan lebih baik jika menyediakan lebih dari satu bahasa. Selain itu, ia membagikan tips bagi pemula. "Saran bagi pemula jika membuat tim 2-3 orang saja. Sebab jika terlalu banyak, nanti akan banyak ide yang muncul sehingga akan kesulitan dalam mengambil keputusan," ujarnya.
Setelah ia menceritakan pengalamannya, ia kemudian menjelaskan seputar apa itu Dicoding kepada peserta. Ia menjelaskan bahwa ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh jika bergabung dalam Dicoding, salah satunya mendapatkan hadiah menarik semisal laptop, smartphone, pulsa dan masih banyak lagi lainnya. Ia juga memberikan reward bagi peserta roadshow ini berupa 25 point jika mau mendaftarkan dirinya pada hari itu juga. (nan/fin)
Kampus ITS, ITS News — Babak baru kepemimpinan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) resmi dimulai. Rektor ITS Prof Ir
Kampus ITS, Opini — Tamu baru telah hadir mengetuk setiap pintu rumah, ialah 2025. Seluruh dunia menyambutnya dengan penuh
Kampus ITS, Opini — Pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelas persen menjadi 12 persen mulai
Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut,