Mengingat tiga tahun yang lalu, cita-cita masuk ke suatu perguruan tinggi ternama, hal yang sangat diimpikan oleh setiap siswa yang duduk di bangku akhir masa SMA. Bukan hanya beberapa orang, tetapi semua murid, termasuk juga saya. Namun, saat itu saya merasakan suatu fenomena yang berbeda dari fenomena yang saya rasakan ketika saya duduk di bangku sekolah dasar tepatnya di kelas 1 dan kelas 2.
Ketika masa itu tak bisa kita pungkiri cita-cita orang adalah hak seutuhnya bagi orang tersebut untuk menentukannya. Saya juga demikian. Ketika saya dan teman teman berunding program studi (prodi) yang akan kami ambil saat kami mengikuti ujian masuk PTN tak lain adalah menjadi mahasiswa teknik, dokter, maupun akuntan atau ahli ekonomi dan hukum. Yang ingin menjadi guru hanya beberapa saja. Bahkan, dapat dihitung dengan jari tangan kanan.
Ketika saya memperhatikan beberapa teman yang menduduki peringkat tertinggi, saya menemukan fakta bahwa tidak ada yang ingin menjadi seorang guru. Apa alasannya? "Siapa yang mau jadi PNS? PNS nggak bisa ngapa-ngapain, guru juga kurang dihargai," kata mereka. Itulah alasan-alasan yang biasa saya dengarkan dari teman-teman saya. Anehnya, ketika itu saya juga sependapat dengan mereka.
Berbeda dengan pengalaman saya ketika bersekolah di Sekolah Dasar Negri. Sangat banyak diantara kami yang ingin menjadi seorang guru. "Saya ingin menjadi seperti Bapak A, Ibu B" kenang saya mengingat perkataan mereka. Lantas, apa yang sebenarnya menyebabkan kurangnya minat siswa menjadi seorang guru?
Ketika saya di sekolah dasar, saya merasa guru memberikan perhatian penuh bagi murid-muridnya. Tak kalah juga kasihnya. Hal itu yang membuat kami selalu mencintai sosok guru. Bandingkan dengan masa SMP atau SMA, guru identik dengan hukuman, tugas berat, dan lain-lain. Pantas murid sangat senang ketika guru berhalangan masuk. Selain itu, tak banyak guru yang memberikan pengajaran kasih. Tak banyak guru yang memberi pujian maupun motivasi. Tak ayal, murid tak lagi mengidolakan sosok guru.
Fenomena lain saya temukan ketika bersekolah di SMP Negri. Tak jarang guru datang terlambat. Guru lebih mementingkan arisan maupun kegiatan adat. Bukan berarti guru harus stay di dalam kelas setiap hari. Guru boleh saja berhalangan namun dengan keterangan yang jelas.
Saya merenungkan jika saja orang-orang dengan peringkat tertinggi di kelas menjadi seorang guru, alangkah hebatnya murid-murid didikannya kelak. Bukan saya mengartikan bahwa guru saat ini bukan berasal dari orang pintar, hanya saja fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa menjadi seorang guru merupakan pilihan akhir dari murid-murid SMA.
Gengsi juga menentukan pilihan. Fenomena tersebut seakan menjelaskan bahwa kelulusan di jurusan teknik maupun kedokteran memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan kelulusan di jurusan keguruan. Jika saja murid memahami betapa pentingnya seorang guru untuk melahirkan orang-orang hebat, maka minat menjadi seorang guru akan meningkat.
Apa yang dapat dilakukan?
Penyejahteraan guru yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini sudah mampu menarik sedikit animo siswa akan prodi keguruan. Namun, apa yang dapat dilakukan oleh instansi lain?
Untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada jurusan keguruan, saya merasa tertarik dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) yang memberikan beasiswa penuh bagi mahasiswa jurusan keguruan. Beasiswa penuh merupakan salah satu tawaran yang menarik hati para siswa. Selain meningkatkan peminat, dengan beasiswa tersebut, mahasiswa keguruan juga akan fokus pada belajar yang kemudian akan meningkatkan kualitas mereka. Jika biaya kuliah di jurusan keguruan lebih rendah daripada jurusan lain, maka minat siswa menjadi guru juga akan meningkat.
Selain pemberian beasiswa di universitas, para guru juga mampu meningkatkan minat siswa pada prodi keguruan dengan menanamkan rasa kecintaan siswa pada guru melalui pembelajaran kasih, pemberian perhatian lebih, dan bekerja optimal yang akan memperbaiki mindset siswa tentang seorang guru. Jika mindset seorang siswa baik pada kualitas kerja guru alhasil akan menghasilkan keinginan untuk menjadi seorang guru.
Adven FN Hutajulu
Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
Angkatan 2013
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)