ITS News

Selasa, 11 Maret 2025
07 Maret 2015, 10:03

Belajar di Korsel, Dua Mahasiswa Bagi Pengalaman

Oleh : Dadang ITS | | Source : -
Pengalaman menarik dipaparkan Muhammad Zendy Drivama Durya dan Anastasia Rosa yang mendapat kesempatan untuk belajar di Korea Selatan. Zendy yang bersekolah di Cung Ang University banyak mendapati pengalaman yang mengejutkan selama masa belajarnya di Negeri Gingseng. ”Terutama masalah di bidang akademis,” ungkap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil ini.
Menurutnya, terdapat perbedaan kultur belajar mahasiswa Korsel dengan Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kebiasaan belajar mepet di hari ujian bagi mahasiswa Indonesia. Berbeda dengan Korea, mahasiswa sudah heboh menyiapkan ujian bahkan dua minggu sebelum ujian. ”Perpustakaan di Korsel juga buka selama 24 jam dua minggu sebelum ujian,” ungkap mahasiswa angkatan 2010 ini.
Zendy mengaku sangat mengapresisasi budaya mahasiswa Korsel ini, karena hal tersebut membuatnya lebih siap dalam menghadapi ujian. Lagipula, Zendy juga maklum karena di Korsel, Indeks Prestasi (IP) maksimal bukan 4, melainkan 4,5. ”Sehingga standar untuk ujian pun lebih sulit dari Indonesia,” ungkap mahasiswa berperawakan tinggi besar ini.
Hal menyenangkan yang ditemukan Zendy adalah koneksi internet di Korsel yang sangat cepat dan gratis. Memang Korsel merupakan salah satu negara dengan koneksi internet tercepat di dunia. Tak heran bila Zendy dibuat girang karenanya. ”Tidak perlu sim card untuk paketan data, semua gratis disana,” ungkapnya sambil tersenyum lebar.
Berbagai pengalaman menarik juga didapatkan oleh Anastasia yang mengikuti program pertukaran pelajar di Joongbu University,  Korsel, selama satu tahun. Culture shock terbesarnya adalah budaya sangat memperhatikan penampilan pada masyarakat Korsel. Menurut Anastasia, wanita berdandan di depan umum sudah menjadi hal yang biasa. ”Padahal di Indonesia kita akan langsung dipandang aneh,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Anastasia sempat kaget ketika mendapati ada teman sekelasnya yang berdandan di kelas, Padahal waktu itu dosen sedang memberi materi. Namun ternyata hal tersebut juga merupakan hal yang biasa. Uniknya lagi, karena hal tersebut juga berlaku sama di kalangan kaum adam. ”Pria Korsel juga memakai bb cream dan beberapa make up lainnya disini,” ujar mahasiswa Teknik Industri 2012 ini.
Selain pengalaman unik beberapa hal meyenangkan juga dirasakan Anastasia. Yakni budaya senioritas yang tinggi. Di Korsel, orang yang lebih tua usianya cenderung sangat menjaga wibawanya di depan junior. Bahkan ada kepercayaan bahwa senior harus sangat menjaga dongsaeng atau adiknya. ”Maka dari itu, senior disana sangat sering mentraktir saya karena saya lebih muda,” ungkap mahasiswi berambut panjang ini.
Meski begitu, hal tersebut sering membuatnya sungkan karena seringnya seniornya mentraktir. Namun lambat laun Anastasia mulai terbiasa juga. ”Itu adalah bagian dari budaya Korsel yang harus saya hargai,” ungkapnya sambil tertawa.
Selain hal tersebut terdapat beberapa culture shock lain yang harus dihadapi Zendy dan Anastasia. Hal tersebut diantaranya kesulitan mencari makanan halal, kesulitan mencari tempat ibadah bagi Zendy yang beragama muslim. Namun, berbagai culture shock tersebut adalah bagian dari pengalaman menarik mereka di Korsel. ”Tidak ada ruginya menghabiskan masa muda untuk mencoba hal menarik,” pungkas Zendy. (gol/sha)

Berita Terkait