Tim ini terdiri dari dua orang mahasiswa Jurusan Teknik Kimia (Tekkim), Hezron Yerido dan Binsar David Nababan. Lewat makalah berjudul Optimization of Desulfurization in Residual Oil (ODS), mereka pun berhasil menarik perhatian juri dalam kompetisi ini. Dalam makalah tersebut, mereka berusaha mengoptimasikan kualitas migas dengan mengembangkan metode ODS.
ODS adalah salah satu metode desulfurisasi dengan melakukan dua tahap, yaitu oksidasi dan ekstraksi. Metode ini tergolong metode non konvensional yang bisa beroperasi pada suhu dan tekanan rendah. Dengan kelebihan tersebut, ODS menjadi salah satu terobosan desulfurisasi yang hemat energi sehingga biaya operasinya pun menjadi lebih murah.
Dalam pengoptimasian ini, hal yang menjadi perhatian tim Hezron adalah konsentrasi sulfur yang terdapat dalam migas hasil pengeboran. Menurutnya, konsentrasi sulfur berlebih sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia, bahkan bisa menyebabkan hujan asam. Kondisi itulah yang menjadi alasan tim Hezron untuk membuat ODS. "Tujuan dari ODS ini sendiri adalah untuk mengurangi konsentrasi sulfur pada migas sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan," jelas mahasiswa asal Jakarta ini.
Pada umumnya, konsentrasi sulfur minimal yang terdapat di dalam migas adalah 50 ppm. Dengan penggunaan ODS, konsentrasi sulfur pada migas mampu turun hingga 34 ppm. Keberhasilan ini didapatkan tim Hezron dengan menambahkan proses ekstraksi hingga empat kali. "Sebenarnya kita melakukan ekstraksi hingga lima kali, namun tidak terjadi penurunan yang signifikan pada stage kelima," terangnya.
Dijelaskan oleh ketua angkatan 2011 Tekkim ini, sebenarnya penggunaan ODS pernah beberapa kali diteliti namun pengoptimasiannya belum maksimal. Menurut Hezron, kedua peneliti tersebut hanya mampu mengoptimasikan sebesar 73 persen. "Dengan ODS milik kami, pengoptimasian akhirnya meningkat hingga 91 persen," tutur pecinta olahraga basket ini.
Selain tingkat optimasi yang cukup tinggi, keunikan lain tim Hezron adalah presentasi yang menarik. Diakuinya, pembawaan timnya saat presentasi terbilang cukup menarik dan berbeda dengan tim lainnya. "Penyampaian kami lebih terstruktur dan slide yang kami presentasikan juga sangat rapi," tukas mahasiswa bermata sipit ini.
Meski demikian, tim ini sempat dibuat kelabakan saat salah satu juri mengajukan beberapa pertanyaan yang cukup sulit. Diceritakan oleh Hezron, anak dari juri ini ternyata juga meneliti hal yang sama sehingga ia sangat paham mengenai materi yang disampaikannya. "Saat itu kami hanya berusaha menjawa to do point, dan sisanya berkat pertolongan Tuhan," ungkapnya sambil tersenyum.
Sempat Dibantu Mahasiswa S2
Gelar juara yang mereka dapatkan ternyata tidak lepas dari peran salah satu senior mereka di jurusan yang sama, Rizqi Romadhona Ginting. Ia adalah salah satu mahasiswa S2 yang juga menggunakan Laboratorium Thermodinamika, tempat Hezron dan timnya melakukan penelitian. Mereka pun akhirnya melakukan penelitian bersama selama sebulan untuk menyiapkan kompetisi ini. Bahkan, mereka juga kerap melakukan persentasi di depan Ginting.
Usai mendapat penghargaan ini, Hezron berharap timnya mampu memacu mahasiswa ITS lain untuk terus berinovasi dan menuangkan idenya. Sementara itu, ia juga berharap pemerintah bisa menggunakan inovasi-inovasi dalam negeri untuk kemajuan teknologi di Indonesia. "Jangan sampai ada lagi penelitian yang berakhir di atas kertas," pungkas mahasiswa yang bercita-cita menjadi Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan (SKK) Usaha Hulu Migas ini. (pus/sha)