Indonesian Petroleum Association (IPA) adalah organisasi non-profit yang beranggotakan 53 perusahaan produsen minyak dan gas (migas) bumi nasional, 120 anggota perusahaan pendukung dan 1.500 lebih profesional di bidang industri. Sedangkan kompetisi yang diikuti Yulia adalah IPA Convention and Exhibition ke-39 pada 20-22 Mei lalu.
Bertempat di Jakarta Convention Center The 39th IPA Convention Center mengusung tema Working Together to Accelerate Solutions in Anticipating Indonesia’s Energy Crisis. Yulia dan Ghazali turut berpartisipasi dalam kompetisi karya ilmiah dalam acara tersebut. Dalam sub acara yakni technical session, 28 makalah terpilih termasuk karya mereka dipresentasikan dalam bentuk lisan dan poster.
Mengangkat judul Evaluation of Seismic Exploration in Sub-Volcanic Reservoir Area by Synthetic Seismic Modeling paper yang mereka tulis dipublikasikan dalam bentuk poster selama tiga hari pada acara tersebut. "Tiga hari itu juga proses penilaian oleh juri dan kami diwajibkan hadir untuk mempresentasikan poster kami," jelas Yulia.
Mengenai paper yang mereka buat, Yulia menjelaskan bahwa metode seismik adalah salah satu tahapan eksplorasi migas di bidang geofisika yang efektif untuk melihat gambaran struktur bumi dan geometri sub-surface bumi. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan prinsip penjalaran gelombang. Dalam banyak kasus, gambaran ini sangat buruk bila mengahadapi reservoir migas yang ada di bawah batuan vulkanik. "Padahal potensi migas Indonesia ada di bawah batuan vulkanik," ungkap Yulia.
Menurut Yulia kasus tersebut merupakan tantangan bagi banyak industri migas terutama di bagian eksplorasi karena dibutuhkan teknologi terbaru dan kombinasi beberapa ilmu. "Metode yang kami gunakan dalam paper ini adalah forward modelling," tutur mahasiswi asal Cilegon tersebut. Metodenya yakni dengan membuat sebuah desain akusisi seismik buatan di software sehingga menghasilkan gambaran yang mendekati desain akusisi di lapangan.
Hasil evaluasi dari gambar seismik ini yakni struktur lapisan subsurface bumi masih buruk di bagian reservoar yang tertutup batuan vulkanik dan terlihat baik dibagian yang tidak tertutupi batuan vulkanik. Sehingga Yulia dan tim merekomendasikan teknologi terbaru saat akusisi di lapangan, advanced processing seismic, dan kombinasi metode geofisika lainnya sebagai penelitian selanjutnya.
"Banyak perusahaan ataupun perusahan pelayanan migas yang memberi masukan dan apresiasi untuk poster penelitian kami," kenang Yulia. Pasalnya jika kasus sub-volcanic reservoir ini terselesaikan, maka akan lebih banyak potensi migas yang tereksplorasi dengan harapan membantu Indonesia untuk menghadapi krisis energinya. Pun banyak perusahaan yang menawarkan untuk pengolahan datanya terkait kasus sub-volcanic reservoir tersebut.
Di akhir, Yulia berpesan pada mahasiswa ITS. Menurutnya banyak forum publikasi ilmiah yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai dunia profesional kerja. "Pilihan untuk mengambil atau tidak kesempatan tersebut sepenuhnya berada di tangan kita," imbuhnya. Yulia dan tim pun berharap penelitian mereka dapat berlanjut dengan kerjasama perusahaan migas terkait. (dza/sha)