Mengambil topik tentang lingkungan sekitar, Roni mengaku timnya memilih penuntasan permasalahan air di Surabaya dan kualitas garam di Pulau Madura guna mengikuti kompetisi tersebut. Alhasil, tim yang beranggotakan mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro (JTE), Kimia dan Teknik Kimia ini pun mengusulkan ide Optimalisasi Kolam Garam Pulau Madura Melalui Penggunaan Polimer Ber-filler silica.
Ia mengatakan cara ini dapat meningkatkan kualitas sekaligus produktivitas garam asal pulau tersebut. ”Sehingga garam yang dihasilkan tak perlu lagi masuk pabrik, karena sudah bisa langsung digunakan,” akunya.
Pihaknya bahkan mengklaim dengan metode pengolahan garam yang berbeda itu akan dapat membantu produktivitas panen bila terjadi cuaca mendung sekalipun. Menurutnya, bila petani dapat menghasilkan kualitas garam yang bagus dengan kandungan yodium yang tinggi, hal ini tentu akan meningkatkan nilai jual garam. ”Karena melalui metode ini akan dihasilkan garam yang lebih putih dan bersih," ujar mahasiswa angkatan 2012 ini.
Lebih lanjut, Tim ITS yang digawangi Roni adalah salah satu dari enam tim asal Indonesia yang mengikuti kompetisi ini. Hanya saja, setelah dinyatakan lolos pasca pengiriman abstrak dan mendapatkan ‘kiriman’ medali emas, tim ini tidak bisa pergi ke Korea untuk melakukan presentasi proyek dan penganugerahkan special award lantaran persoalan finansial. "Meski begitu, yang terpenting kita sudah menginspirasi banyak orang. Lalu selanjutnya proyek ini akan kita aplikasikan," papar mahasiswa asal Malang ini.
Lain kompetisi, lain pula inovasinya. Lagi-lagi kompetisi karya ilmiah internasional yang diikuti Roni berhasil mendapatkan penghargaan Internasional. Bertempat di Jakarta, Roni dan rekan timnya yang berasal dari Jurusan Teknik Lingkungan, Lucky Caesar Direstiyani, menerima penghargaan International Young Inventor Award (IYIA) dimana Indonesia menjadi tuan rumah bagi 127 tim peserta dari seluruh dunia. "Proses seleksi juga sama, mulai dari pengiriman abstrak bertema smart water recycling system lantas lolos dan menjalani presentasi di Jakarta," paparnya mewakili kelompok kecilnya yang pulang membawa medali perunggu ini.
Menuntaskan permasalahan air yang ada di Surabaya, demikianlah inovasi yang diwujudkannya dengan mengambil topik grey water, yakni limbah rumah tangga non-toilet. Sehingga, air limbah rumah tangga tersebut didaur ulang menggunakan aerobic filtration, kolam penjernihan dengan tiga tahapan. Yaitu endapan, bak penyaringan dan kolam indikator. "Tujuannya adalah agar air limbah rumah tangga ini dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman, mencuci dan lain sebagainya. Namun tidak untuk diminum," jelasnya.
Ia menjelaskan proses tersebut mula-mula dilakukan dengan mengendapkan material sampah yang berat, kemudian diteruskan kepada bak penyaringan yang memiliki tiga lapisan, yaitu genteng, karbon aktif dan bio-ball. Selanjutnya adalah kolam indikator, yang berisikan PH meter dan bod meter untuk memantau kualitas air. "Untuk pengujiannya kita juga menggunakan parameter makhluk hidup, yaitu tanaman kiambang. Jika tanaman tumbuh bagus, maka kualitas air juga bagus," lanjutnya.
Di akhir, ia pun bercerita meski berlatar belakang JTE, namun kiprahnya di bidang ilmu lingkungan pun memudahkannya untuk tetap berinovasi bagi lingkungan sekitar. Baginya, siapapun dan dari manapun orangnya pastilah mampu berinovasi asalkan ada kemauan. Ia percaya semua orang tentu memiliki kemampuan di bidang masing-masing, namun akan lebih sempurna bila semua bidang ilmu itu dikombinasikan. ”Seperti dalam bidang ilmu ini saya berperan dalam membuat alat penghancur dan motor DC," ungkapnya. (riz/man)
Kampus ITS, ITS News — Memberikan dedikasi terbaiknya dalam pengembangan riset dan pemberdayaan ilmu pengetahuan, kembali membawa dosen Departemen Kimia,
Kampus ITS, ITS News — Mengimplementasikan salah satu program yang disampaikan pada Pidato Rektor Awal Tahun 2025, Institut Teknologi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali meneruskan estafet kepemimpinan dalam lingkup fakultasnya. Dr Ing
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melahirkan doktor berprestasi, yakni Dr Muhammad Ruswandi Djalal SST