Dua pesan Facebook tersebut saya terima dari dua sahabat lama. Satu ketika sekolah di Jepang, sedangkan satunya adalah mantan partner kerja sekaligus mentor saya di USI/IBM Indonesia, saat saya belum menjadi dosen.
Begini ceritanya. Mayoritas mahasiswa ITS saat saya masih sekolah hanya berasal dari Jawa Timur. Sebagian kecil berasal dari Jawa Tengah bagian timur dan Bali. Hanya sedikit yang berasal dari luar daerah tersebut, termasuk Jabodetabek dan sekitarnya.
Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, keadaan berubah drastis. Jumlah mahasiswa S1 di ITS yang berasal dari Jakarta, Bandung, serta kota-kota lainnya di Jawa Barat dan Sumatera meningkat tajam. Begitu juga yang berasal dari Sulawesi dan Kalimantan.
Kondisi tersebut ditandai dengan perubahan bahasa di asrama atau di kelas-kelas ITS. Dulu, kebanyakan mahasiswa ITS hanya bisa menggunakan bahasa Jawa atau Bali dalam berkomunikasi. Sekarang sudah banyak yang bicara "ciek, duo, tigo" ataupun "loe, gue". Belum lagi kini mulai bermunculan Ikatan Mahasiswa ITS asal Sumatera Utara, Jakarta Raya dan sebagainya. Padahal, dulu saya hanya melihat hal ini di Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada.
Uniknya, mereka bahkan tampil di ITS Expo, sebuah kegiatan tahunan yang diselenggarakan ITS dengan mengkolaborasikan seni, ilmu, dan budaya. Di acara tersebut, mereka pun dengan bangga menampilkan pagelaran budaya daerah masing-masing. Inilah yang akhirnya disebut-sebut sebagai ITS Menusantara. Lalu apa saja faktor yang membentuk fenomena ITS Menusantara ini ?
Faktor pertama adalah prestasi ITS semakin dikenal, terutama di tingkat nasional dan internasional. Misalanya saja juara Kontes Mobil Irit, Juara Umum Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), Robotika, Paduan Suara Mahasiswa, Harvard Model United Nation Debate Contest dan lain-lain. Saya pikir, word of mouth network di antara mahasiswa sudah sangat kuat.
Lalu yang kedua adalah prestasi ITS dalam memproduksi berbagai mobil listrik. Apalagi sekarang sudah beranjak menjadi komersialisasi scooter listrik. Hal ini merupakan fenomena yang menarik bagi para calon mahasiswa dan orang tua. Ini bisa ditandai dengan melonjaknya passing grade Jurusan Teknik Mesin ITS saat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Faktor lainnya adalah biaya kuliah di ITS termasuk paling murah di antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kelas atas lainnya. Begitu juga dengan biaya hidup. Selain itu, ITS juga menawarkan berbagai program pendidikan (prodi) baru yang mempunyai daya magnet kuat dan mempunyai keunikan seperti Teknik Material dan Metalurgi, Desain Komunikasi Visual, Perencanaan Wilayah Kota, Teknik Multimedia dan Jaringan, Manajemen Bisnis, dan Teknik Biomedik. Meski telah diketahui bahwa Jurusan Teknik Informatika, Teknik Sipil, Teknik Industri dan Teknik Elektro juga memiliki tradisi dibanjiri peminat.
Tak hanya itu, program-program internasionalisasi ITS juga menjadi penarik tersendiri bagi para calon mahasiswa. Seperti peluang mahasiswa mengikuti Student Exchange ke luar negeri dan penggunaan bahasa Inggris dalam perkuliahan. Apalagi, meningkatnya jumlah mahasiswa asing yang berkuliah di ITS semakin menunjukkan keseriusan ITS menuju perguruan tinggi kelas dunia.
Gencarnya publikasi tentang ITS di media massa terutama tentang prestasi dan karya ilmiah mahasiswa ternyata juga cukup ampuh mengenalkan ITS hingga ke seluruh Indonesia. Hal ini juga dibantu oleh publikasi di social media seperti website, facebook, dan twitter. Publikasi ini dilakukan baik oleh media resmi ataupun relawan.
Selain lewat media, publikasi juga dilakukan dengan cara penyelenggaraan berbagai kegiatan tertentu seperti TEDxITS. Kegiatan ini termasuk konsisten jika dibandingkan perguruan tinggi lain. Tak heran jika kondisi ini semakin menunjukkan perkembangan ITS yang menyesuaikan gaya hidup anak muda saat ini. Begitu juga program-program kreatif Eco Campus yang kini banyak mengubah suasana kampus menjadi lebih nyaman dan hijau.
Promosi tahunan yang dilakukan ITS baik dosen maupun mahasiswa ke banyak Sekolah Menengah Atas (SMA) di berbagai daerah juga semakin intensif dan ekstentif. Bukan hanya berinisiasi melakukan kunjungan, tetapi ITS juga kerap mendapat undangan untuk menghadiri berbagai jenis pameran di banyak SMA. Bahkan, jumlah kunjungan siswa SMA ke ITS juga terus meningkat tiap tahunnya.
Dengan meningkatnya asal geografis mahasiswa S1 ITS, secara tidak langsung akan meningkatkan level persaingan kompetisi dan akhirnya meningkatkan mutu calon mahasiswa ITS. Suatu modal awal yang sangat bagus untuk menuju ITS yang mendunia. Semoga prestasi ini dapat ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang.
Ahmad Rusdiansyah
Dosen Jurusan Teknik Industri ITS
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)