Dalam tulisan ini lebih menyoal kepada proses pendidikan yang kita ketahui menjadi salah satu cara pembentuk karakter manusia, contohnya saja dalam menyikapi suatu hal yang baik maupun buruk. Karena mindset lah yang akan mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu hal baik terlihat buruk atau sebaliknya.
Kita sering mendengar petuah, "Setiap manusia adalah seorang pemimpin dimana setiap tindakannya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhannya,". Nah, pertanyaannya, apakah kita sudah menjadi pemimpin yang benar di hadapan Tuhan?
Di tengah dinamisasi jaman yang banyak menyuguhkan ribuan informasi berita seputar kampus, nasional hingga internasional,kita sebagai pelajar atau mahasiswa yang kelak memimpin negeri ini sudah seharusnya pandai-pandai dalam membaca dan menilai suatu berita atau opini. Dengan kata lain, tidak mudah terpengaruh dan terkonfrontasi dalam menanggapi isu atau opini yang beredar.
Sebelum melihat suatu berita atau opini itu benar atau salah, baik atau buruk, alangkah baiknya kita harus berpikiran positif atau ber-husnuzan mengapa berita tersebut harus diberitakan. Integrasi antara berpikiran kritis, positif dan skeptis harus dipadukan, biasanya ini disebut intuisi untuk menilai berita atau opini tersebut. Atau malah ada maksud lain yang ingin dilanjutkan di keesokan harinya sehingga itulah alasan mengapa berita atau opini tersebut ada.
Saya teringat dengan cerita dua sosok orang mulia di hadapan Tuhan. Dikisahkan Musa berguru kepada Khidir. Di dalam perjalanannya, Musa selalu menyela hal-hal yang dilakukan oleh gurunya. Dan pada akhirnya sang guru tidak mau mengajari Musa lagi. Musa akhirnya tersadar dan mengambil hikmah bahwa dirinya seharusnya harus bersabar terlebih dahulu dan selalu berpikiran postif terhadap suatu hal.
Suatu ketika, Rektor ITS saat ini juga pernah memberikan saya buku karangannya. Di dalamnya Prof Ir Joni Hermana Msc ES PhD menerangkan bahwa sejatinya berpikiran negatif itu hanya membuang-buang energi. Membuang energi orang sekitar dan dirinya sendiri. Didalam konteks ini saya menjelaskannya seperti ini, jika kita selalu melihat suatu permasalahan dengan mindset negatif, hal ini pula yang akan mempengaruhi pikiran orang lain untuk berpikiran negatif pula. Karena mindset negatif itu lebih cepat menular ketimbang mindset yang positif.
Lebih lanjut, sebelum kita menilai suatu berita ataupun opini, pembaca seharusnya mencerna terlebih dahulu maksud berita atau opini tersebut. Jika memang di dalam berita tersebut terdapat suatu unsur ambigu, kita tanyakan terlebih dahulu maksud dari berita tersebut seperti apa. Jangan langsung berkomentar, asal memberikan pendapat pribadi terhadap berita atau opini tersebut yang nantinya berujung merugikan berbagai pihak termasuk dirinya sendiri.
Manusia memang memiliki tipekal suka berkomentar, itu dapat terlihat di dalam social media miliknya. Dengan social media yang banyak diakses dan sangat cepat itu, komentar-komentar pun dapat dengan mudah mengalir deras di beranda kita. Namun, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi disini, yakni etika atau tata cara menyampaikan suatu saran atau komentar dalam social media. Menurut saya, sebelum seseorang menyampaikan sarannya, orang tersebut harus memiliki niat yang baik terlebih dahulu, tidak ada unsur lain, semisal emosi atau dendam. Selanjutnya, sampaikan dengan penyampaian kata yang sopan, diksi yang santun sehingga membuat komentar tersebut ‘renyah’ dan dapat dipahami dengan baik oleh publik dan bukan menjadi sarana konfrontasi.
Menurut saya pribadi, etika dalam menyampaikan suatu saran di Indonesia ini masih kurang baik, banyak komentar-komentar negatif yang diucapkan seseorang dengan mudah di media massa maupun sosial. Padahal hal ini banyak sekali menimbulkan kerugian. Sebagai contohnya akan menimbulkan konfrontasi, menurunnya kepercayaan terhadap pemerintahan, menimbulkan ketakutan dan presepsi negatif kepada masyarakat dan lain sebagainya. Dan penyampaian saran negatif ini pun menurut saya sudah membudaya di Indonesia. Lalu bagaimana jika sudah membudaya?
Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, dan tidak ada pencegahan, Indonesia akan mengalami kemuduran perlahan-lahan, generasi kita pun akan mengulangi kesalahan yang sama seperti generasi tua di masa lalu, kita kehilangan generasi emas dan warga Indonesia dapat dengan mudah tersulut konfrontasi.
Sebagai manusia yang memiliki integritas dan tahu tata cara yang baik dalam mengunakan media massa dalam hal ini pasti akan dengan bijak memberikan subuah komentar maupun saran yang dapat menstimulus orang untuk mau dan mampu berbenah. Dengan demikian persepsi masyarakat terhadap media, maupun aparatur pemerintah pun akan menjadi baik. Selain itu, bersikap positive thinking dan juga saling mendukung antar pihak untuk melakukan kebaikan dan pembenahan ini akan menyelesaikan permasalahan bangsa.
Nurul Lailatul Muzayadah
Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi
Angkatan 2013
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)