ITS News

Jumat, 10 Januari 2025
01 Oktober 2015, 23:10

Fauzan-Novangga Siap Berikan Yang Terbaik

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ingin terus memajukan Indonesia, Fauzan Fikri, Calon Presiden (Capres) BEM ITS periode 2015/2016 nomor urut 1, memiliki beberapa tahapan guna mewujudkannya. Ia yakin membangun Indonesia tidak melulu urusan sosial politik saja. Karena itu, dirinya  mengajak KM ITS untuk move on membangun Indonesia sesuai peran yang dapat diambil Keluarga Mahasiswa (KM) ITS itu sendiri.

Contohnya lewat optimalisasi peran masing-masing organisasi mahasiswa (ormawa) melalui revitalisasinya. "KM ITS itu dibuat dan terbagi dalam beberapa peran, dimana masing-masing peran  bertujuan membangun Indonesia seperti yang tertulis dalam pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) IV KM ITS," ujar Fauzan.

Namun, Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan periode 2014/2015 ini melihat kinerja masing-masing segmen ormawa masih kurang termaksimal sehingga diperlukan beberapa solusi. Solusi tersebut antara lain membuat Sekolah Perubahan (SP) yang menjadi salah satu program unggulannya.

SP sendiri merupakan wadah bagi seluruh pimpinan elemen organisasi di ITS untuk duduk bersama mengetahui peran ideal masing-masing dan mendiskusikan beberapa hal untuk membangun Indonesia. Selain itu, akan ada evaluasi besar-besaran mengenai peran masing-masing ormawa dalam SP. "SP hadir tak lain untuk menyadarkan bahwa ormawa menjadi bagian dari KM ITS untuk membangun Indonesia, bukan hanya internalnya sendiri, itulah bedanya dengan OSIS," ujar Fauzan.

Fauzan tidak memungkiri bahwa sebelumnya telah ada program serupa pada kepengurusan empat tahun yang lalu. Namun, dirinya menekankan perbedaan SP kali ini yaitu lebih efisien dalam hal waktu. "Memang program ini merupakan cuplikan dari beberapa program yang telah ada, namun jika kemarin-kemarin harus menginap, SP kali ini hanya berlangsung selama satu hari," ujar pria asal Bekasi tersebut.

Program lainnya adalah Proses Sinergi. "Setelah paham masing-masing perannya, diharapkan mereka membuat gerakan-gerakan yang mempengaruhi KM ITS untuk bersinergi bersama membangun Indonesia," ujar Fauzan. Dalam proses sinergi, lanjutnya, terdapat dua program unggulan yang digagasnya.

Program pertama bernama Open Stage (OS) KM ITS. Fauzan menjelaskan OS lebih mirip seperti TEDx dimana masing-masing peserta mempresentasikan gerakan-gerakan yang telah dibuat. "Tujuan presentasi tersebut supaya mengapresiasi gerakan yang sudah ada dan mengajak elemen KM ITS lainnya berbuat hal serupa," ujar Fauzan.

Program kedua ialah Billboard Ormawa (BO). BO merupakan tangga report awarding dari masing-masing ormawa di ITS. "Kalau dulu terdapat awarding di akhir-akhir kepengurusan, apalah artinya jika akhirnya hanya akan jadi buah kesenangan belaka untuk kepengurusan, bukan lagi menjadi perlombaan dalam kebaikan," ujar Fauzan.

Terakhir, Fauzan menjelaskan tentang kontribusi untuk Indonesia sebagai tahapan terakhir yang diinginkannya. "Dalam hal kontribusi untuk Indonesia, fokusan KM ITS akan diarahkan menjadi garda terdepan dalam mempelopori IPTEK, peduli masyarakat, dan pengawalan kebijakan," ujar Fauzan. Menurutnya, ia ingin KM ITS seutuhnya menjadi bagian mahasiswa Indonesia yang terus memikirkan bagaimana Indonesia ke depan agar lebih baik.

Lain orang lain lagi cerita yang tersaji. Seperti yang terjadi dengan Novangga Ilmawan, nama yang tak lagi asing di KM ITS akhir-akhir ini. Sosok berbadan tegap ini seketika menjadi dielu-elukan untuk menjadi orang nomor satu di KM ITS. Lahir dan besar di Gresik, Angga, sapaannya, dikenal sebagai mahasiswa yang senang bergaul dengan banyak orang. Tanpa memilih teman, ia mengaku, bisa berteman dan mudah akrab dengan siapa saja.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini bercerita, awalnya, ia sama sekali tidak kepikiran untuk menjadi seorang pemimpin. Sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), kehidupannya hanya selayaknya siswa kebanyakan. "Meski dulu kemampuan kepemimpinanku tidak begitu nampak. Tapi aku punya kemampuan followership yang bagus. Dan sudah jadi rahasia umum bahwa arek-arek gresik itu sukanya nyangkruk (kongkow, red), ngobrol, guyon (bercanda, red), nah dari situ aku belajar banyak." ungkap Angga kepada ITS Online.

Kemampuan memimpin, lanjutnya, baru ia dapat ketika menginjakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan kondisi kehidupan SMA yang sangat berbeda dengan SD atau SMP, Angga mengaku bahwa itu adalah turning point kehidupannya untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Mulai dari hidup berpisah dengan keluarga, mencuci pakaian sendiri, kenal orang dari berbagai daerah, hingga beradaptasi. "Itu yang membuat aku belajar banyak bahwa tugas seorang pemimpin tidak hanya sekedar mengatur, tapi juga dapat menjadi sosok berpengaruh bagi banyak orang," imbuh alumni SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah ini.

Menurut Angga, leadership sebenarnya berasal dari hal-hal kecil yang sering tidak disadari di kehidupan. Di himpunan misalnya, kemampuan kepemimpinan bisa terlihat dari bagaimana caranya kita mengomunikasikan gagasan kepada mahasiswa lain. "Seiring seringnya diamanahi memimpin banyak orang, tentu makin banyak pula asam manis yang didapat. Kehidupan akan selalu berwarna, tergantung bagaimana menyikapinya agar bisa bermanfaat," ujarnya.

Ditinggal ayah saat SMA dan kakak sulung menyusul setahun kemudian tidak membuat capres BEM nomor urut dua ini kehilangan semangat hidupnya. Malahan, di benaknya, ia terus terdorong untuk bisa berbuat lebih bagi keluarga kecilnya ini. "Dengan kondisi seperti ini, aku bertekad harus jadi orang yang spesial. Tidak jadi mahasiswa yang biasa-biasa saja. Melainkan mampu berkontribusi lebih dengan cara aku menjadi ketua angkatan, ketua himpunan, hingga capres BEM seperti ini," papar pria yang lahir 21 tahun silam ini.

Dikatakan Angga, secara pribadi, motivasi untuk menjadi capres BEM itu belum muncul ketika masih menjadi pengurus himpunan. Namun, saat mendekati akhir kepengurusan, para presidium angkat bicara tentang peran dan rupanya kita punya beban moril yang harus diselesaikan di KM ITS. Angga menganggap, pemira ini adalah media pembelajaran, kalau tidak maka ia tak akan belajar sampai sejauh ini. "Mau tidak mau, sebenarnya kamilah (presidium, red) representatif KM ITS angkatan 2012 yang akan menyuarakan aspirasi mahasiswa," tutur pria berzodiak scorpio ini.

Menilik kondisi kekinian KM ITS, Angga berpendapat KM ITS itu sedang sakit. Sakit yang dimaksud, imbuhnya, adalah sakit secara kesadaran oleh segenap Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Secara sistem ada hal yang dirasa antar elemen, kepentingan, dan mahasiswa tidak berjalan sejajar. Ketika mencari obat, imbuhnya, obatnya pun mahal dan tidak sama sekali manjur.

"Sebab, secara kapasitas kita itu belum capable untuk memperbaiki sistem. Ketika nanti kita bicara kepedulian, kita terlebih dahulu harus bicara tentang kesadaran," ucap Staf Departemen Hubungan Luar HMTI Periode 2013/2104 ini. Menurutnya, sama halnya seperti pencalonan capres BEM, kalau semuanya hanya bisa bicara, lantas siapa yang akan mencalonkan diri.

Dengan tagline BERANI, Bersama Melayani Indonesia, Angga ingin fokus menggerakan kesadaran KM ITS akan lingkungan sekitar. Sehingga, pekerjaannya dalam menggerakan KM ITS tidak semata berfokus pada produk, melainkan mindset, proses berpikir sebagai jalan menuju implementasi peran fungsi mahasiswa seutuhnya. "Pada harfiahnya, keempat poin peran fungsi mahasiswa tersebut sangatlah mulia. Tapi, kita sendiri sering menganggapnya sebagai kalimat bullshit karena memang tidak ada parameternya," terang pria yang mengaku pernah menjabat Koordinator Macan Bass Drum, Merching Band semasa SMA ini.

Sampai kapan pun juga, Angga mengatakan, mahasiswa akan terus butuh media advokasi. Nantinya, setiap kementerian akan ada tahapan tentang gerakan kesadaran tadi untuk secara individu bisa peka terhadap berbagai persoalan yang ada. "Setelahnya, kita akan bicara dengan skala yang lebih luas lagi dalam konteks melayani Indonesia, kita akan bicara bagaimana aplikasi teknologinya," tambah Angga bersemangat.

Sampai kapanpun juga, Angga mengatakan, mahasiswa akan terus butuh media advokasi. Nantinya, setiap kementerian akan ada tahapan tentang gerakan kesadaran tadi untuk secara individu bisa peka terhadap berbagai persoalan yang ada. "Setelahnya, kita akan bicara dengan skala yang lebih luas lagi dalam konteks melayani Indonesia, kita akan bicara bagaimana aplikasi teknologinya," tambah Angga bersemangat.

Lebih lanjut, Angga mengaku, mengerti siapa saja orang-orang yang kompeten di bidangnya. Baginya, keberhasilan organisasi BEM ITS adalah ketika organisasi tersebut memiliki kader. Terlepas pada bidang apapun, yang jelas kader tersebut akan terus punya sense of belonging terhadap KM ITS. "Kalau begini terus, mahasiswa ITS sebagai kader penerus bangsa bisa-bisa jadi makhluk individualis yang berjalan sendiri-sendiri. Sebaliknya, harus ada integrasi antar elemen di ITS untuk mampu melayani Indonesia," tandasnya. (oti/owi/man)

Berita Terkait