Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan 2011 tersebut menyusun karyanya berdasarkan tugas akhir (TA) salah seorang temannya yakni Mochammad Qusyairi. "Ceritanya kami satu tim tema dalam TA sedangkan TA saya sendiri belum lengkap kala itu jadi saya maju ICAST dengan karya teman saya," jelas Ardhian.
Saat teman-temannya fokus dalam yudisium, Ardhian sibuk mengejar prestasi. Usaha itu nyatanya tak sia-sia ia lakukan ketika gelar Best Poster berhasil diraihnya.
ICAST sebagai ajang publikasi riset dalam sains dan teknologi lanjutan telah diadakan sejak 2008 lalu. Penginisiasi ICAST sendiri adalah Kumamoto University, Jepang. Setelah diadakan di Blaise Pascal University, Prancis, tahun ini Kumamoto University bekerjasama dengan ITS menggelar ICAST di kampus perjuangan.
Ratusan peserta turut dalam ajang yang digelar dua hari sejak Kamis (17/9). Salah satunya Ardhian yang membawakan riset dengan kategori multidisiplin. Karya berjudul An Analysis of Modification of Airflow Circulation in the Cold Storage ini berhasil menggaet juri dalam poster yang disajikannya. "Tidak semua peserta menampilkan poster," jelas mahasiswa asal Lumajang ini.
Ardhian menjelaskan, peserta memang tak wajib menampilkan poster dari paper yang mereka presentasikan. "Namun kalau sudah memutuskan untuk memamerkan poster, wajib mempresentasikan poster itu," terang mahasiswa berkacamata ini.
Pameran poster dilakukan selama dua hari. Setiap harinya, diagendakan poster session dengan durasi satu jam. Selama satu jam tersebut peserta wajib meladeni pertanyaan yang diajukan baik oleh juri maupun pengunjung. Voting pengunjung juga turut dinilai lewat strategi presentasi salama sejam tersebut. "Apabila strategi persentasi baik maka pengunjung akan memberikan votingnya ke kita," jelas Ardhian.
Selain dari hasil voting, penilaian poster juga dilakukan oleh juri terkait template dan kesesuaian dengan paper. "Saya awalnya sudah pesimis karena template poster saya juga kurang lengkap," tutur Ardhian. Template poster memang telah ditentukan oleh panitia pelaksana.
Saat awarding dibacakan, Ardhian mengaku sangat terkejut. Dengan bekal karya TA salah seorang teman dan niat kuat untuk berkarya, dirinya berhasil menyabet Best Poster. Berkat dorongan dosen dan kakak sepupunya yang pernah menjadi peserta ICAST juga, Ardhian membuktikan buah kesungguhannya.
Mahasiswa yang juga menjadi lima besar mahasiswa berprestasi (Mawapres) ITS ini juga menekankan agar tak merasa minder dalam berkarya. "Awalnya memang saya ragu apakah bisa menyaingi mahasiswa dari eropa bahkan," ulasnya.
Kenyataan saat lomba, banyak pula mahasiswa luar negeri yang bahkan tak memiliki kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris. "Bahkan mahasiswa asal Jepang hanya membaca slide presentasi," kenang Ardhian.
Pemenang ITS International Office (IO) Essay Competition 2013 ini juga berpesan agar jangan pernah menyerah dalam mencoba. "Mahasiswa ITS bukan hanya harus pintar tapi juga bisa mendistribusikan kepintarannya," pesan mahasiswa yang tak jarang ke luar negeri dengan beasiswa ini.
"Saya berharap mahasiswa ITS yang ke luar negeri dengan beasiswa semakin banyak sehingga atmosfer internasionalisasi dan kesiapan menghadapi Asean Economic Community (AEC) semakin matang," pungkas Ardhian pada ITS Online. (dza/akh)
Kampus ITS, ITS News — Memberikan dedikasi terbaiknya dalam pengembangan riset dan pemberdayaan ilmu pengetahuan, kembali membawa dosen Departemen Kimia,
Kampus ITS, ITS News — Mengimplementasikan salah satu program yang disampaikan pada Pidato Rektor Awal Tahun 2025, Institut Teknologi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali meneruskan estafet kepemimpinan dalam lingkup fakultasnya. Dr Ing
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melahirkan doktor berprestasi, yakni Dr Muhammad Ruswandi Djalal SST