Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Iya, jika kita melihat dari segi ekonomis. Sistem pemilihan elektronik jelas jauh lebih menekan biaya pengeluaran dibandingkan dengan cara konvensional yang membutuhkan dana yang tidak sedikit walau hanya untuk keperluan surat suara saja.
Untuk memilih, setiap Daftar Pemilih Tetap (DPT) akan memperoleh token yang diberikan oleh Ketua Kelompok Pelaksana Pemungutan Suara (KPPS) di meja registrasi, kemudian menuju ke bilik suara untuk memasukkan token tadi ke laptop yang telah disediakan lalu langsung mengikuti instruksi yang tertera di monitor untuk memilih Calon Presiden (Capres) BEM dan Calon Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang dikehendaki. Simpel bukan? Jika disertai fasilitas internet yang mendukung tentunya.
Sayangnya, dari beberapa laporan pengaduan yang diterima oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) selama proses pemilu berlangsung, mayoritas kendala yang dihadapi justru bersumber pada koneksi internet yang kurang memadai di hampir setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). Hal ini juga saya alami sendiri selama saya menjadi anggota KPPS di TPS 24 Jurusan Teknik Geomatika. Permasalahan-permasalahan teknis seperti koneksi yang lelet, terputus, bahkan hilang sudah sering terjadi. Tak ayal, kelancaran pemilu pun terganggu.
Dari paparan di atas, mungkin saya terkesan seolah-olah lebih menitikberatkan bahasan mengenai kekurangan yang dimiliki oleh sistem E-Vote ini. Tetapi, faktanya memang demikian. Jujur saja, saya percaya sepenuhnya dengan kemampuan yang dimiliki oleh Tim E-Vote karena mereka adalah orang-orang yang handal di bidangnya.
Menurut saya, kerja keras dan totalitas yang telah mereka curahkan dalam melakukan inovasi untuk Pemilu kali ini sangat luar biasa dan patut untuk diapresiasi. Terlihat jelas bagaimana matangnya konsep yang mereka sampaikan pada saat briefing berikut kesibukan mondar-mandir ke tiap TPS untuk sekedar mengecek maupun memberikan bantuan saat pemilihan berlangsung. Semua ini demi Pemilu yang terintegrasi.
Memang, zaman sudah semakin maju. Perkembangan teknologi pun semakin pesat. Modernisasi sudah menjadi hal yang lumrah. Tinggalkan cara lama, beralih ke yang baru. Masalahnya cuma satu, sudah siapkah kita menerima perubahan itu.
M.Ilham Fahmi Al-Azhar
Mahasiswa Jurusan Teknik Geomatika
Angkatan 2014
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)