Isu nasional yang menyangkut hajat hidup orang banyak terutama para pegawai honorer ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan pegawai pemerintahan. Pasalnya, pemerintah sebelumnya berjanji mengangkat 400 ribu honorer kategori dua (K2) menjadi CPNS secara bertahap mulai tahun depan. Demonstrasi dan berbagai aksi protes pun dilakukan oleh para pegawai honorer sebagai bentuk kekecewaan mereka.
Dikutip dari Jawa Pos, Yuddy beralasan pengangkatan tenaga honorer tersebut terbentur anggaran. Jangankan untuk anggaran gaji, dana untuk proses pengangkatannya saja tidak ada di dalam postur APBN 2016. Padahal menurut Yuddy, proses pengangkatan tenaga honorer K2 tidak bisa dilepaskan dari verifikasi dan validasi. Sebab, pemerintah tidak ingin ada tenaga honorer siluman ikut masuk menjadi CPNS.
Masalah ini memang cukup pelik. Dilihat dari sisi kemanusiaan, banyak tenaga honorer yang telah mengabdi bertahun-tahun kepada instansi maupun badan pemerintahan tertentu. Lebih miris lagi, penyumbang angka pegawai honorer terbesar berada di sektor pendidikan, dalam hal ini guru. Status pekerjaan yang tak kunjung naik seperti ini dapat berdampak pada kinerja mereka saat melakukan pekerjaan yang digeluti.
Namun di sisi lain, pemerintah memiliki keterbatasan anggaran untuk urusan gaji dan aneka tunjangan pegawai negeri. Anggaran belanja gaji pegawai negeri saat ini sekitar 40 persen dari total APBN. Padahal, keperluan pegawai negeri tidak hanya itu saja. Keberadaan PNS juga diikuti anggaran belanja modal dan belanja barang.
Sebagai seorang mahasiswa yang suatu saat akan mengaplikasikan keilmuan dalam pekerjaan, pemberitaan semacam ini sedikit mengganggu mereka yang mendambakan profesi pekerja kantoran dan status PNS. Padahal, iming-iming gaji teratur dan hidup tua yang terjamin belum tentu dapat dicapai di masa mendatang melihat kondisi pemerintah yang makin tak jelas serta tingkat ekonomi yang rendah seperti sekarang.
Untuk itu, menjadi mahasiswa di jaman sekarang mengharuskan seseorang untuk peka terhadap kondisi negara. Bukan malah diam saja dan tak peduli terhadap permasalahan yang ada. Gelar mahasiswa menuntut seseorang untuk mau berubah demi kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa. Setidaknya, mulailah berpikir jauh ke depan agar tak menyesal kemudian.
Memiliki cita-cita menjadi PNS tidaklah salah, namun sepertinya tidak tepat mengingat kondisi ekonomi negara yang seakan-akan terbebani untuk membayar gaji pegawai negeri. Menjadi PNS memang dambaan, namun untuk saat ini sepertinya Indonesia sangat membutuhkan kehadiran para wirausaha. Dengan menjadi pengusaha, kita tidak ‘berpangku tangan’ kepada negara. Mendirikan sebuah usaha justru akan membantu meningkatkan ekonomi bangsa lalu otomatis mengurangi tingkat pengangguran.
Memang, orientasi bersekolah hingga perguruan tinggi harusnya mencari ilmu, bukan mencari ijazah yang digunakan sebagai syarat bekerja. Namun, tidak bisa dipungkiri salah satu jalan pengaplikasian ilmu yang kita dapat di kampus adalah dengan bekerja. Maka dari itu, memiliki pandangan mengenai pekerjaan dambaan bisa dimulai dari sekarang. Dan berencana untuk berwirausaha bisa dimulai kapan saja.
Intinya, tulisan ini ditujukan agar mahasiswa tidak melulu menginginkan pekerjaan sebagai pegawai kantoran. Menjadi seorang wirausahawan adalah salah satu bidang pekerjaan yang sangat cocok untuk masa-masa krusial seperti saat ini. Terutama menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), AFTA, dan berbagai kerjasama ekonomi internasional yang akan dimulai dalam waktu dekat.
Selain itu, seorang wirausahawan akan lebih peka dan dapat berkontribusi langsung bagi pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Sudah banyak contoh pengusaha-pengusaha Indonesia yang sukses mengembangkan usaha mereka, memperkenalkan produk-produk Indonesia ke luar negeri.
Bahkan, jika berbicara modal untuk memulai usaha, saat ini banyak fasilitas yang disediakan pemerintah untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Contoh sederhananya adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Program ini benar-benar membantu mahasiswa yang berminat mengembangkan usaha tertentu. Selain itu, banyak perusahaan-perusahaan lokal maupun internasional yang mau memberikan modal-modal awal dalam pengembangan usaha. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi mahasiswa untuk mengubah haluan cita-cita menjadi seorang pengusaha.
Taufiqotul Masrukha Tesha Nisva
Mahasiswi Jurusan Statistika
Angkatan 2015
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)