Waktu-waktu berharga telah mengalir deras sejak diterimanya calon penerus bangsa tersebut di kampus perjuangan. Terisi dengan segala macam aktivitas mulai dari akademik, pengaderan maupun seabrek aktivitas pilihan di luar semua itu. Sebenarnya, peristiwa ini tidak hanya dialami oleh mahasiswa semata, banyak kegiatan juga seyogyanya dirasakan oleh orang-orang yang hidupnya terikat oleh jadwal. Namun bagi maba, ada sensasi-sensasi yang membuatnya berbeda.
Kegiatan yang banyak sebenarnya dapat selesai asalkan dapat membagi waktu dengan baik. Maka dari itu, mengadakan berbagai pelatihan dengan dibungkus embel-embel pengaderan dirasa merupakan solusi yang tepat. Mungkin solusi tersebut memang tepat bagi sebagian maba, tapi tidak dapat dikatakan tepat untuk setiap maba. Beberapa maba bahkan menganggap hal tersebut hanya menjadi beban tambahan, yang tidak seberapa terasa manfaatnya.
Baik diakui maupun tidak, baik maba yang terkesan aktif maupun pasif dalam pengaderan, semuanya pasti mengharapkan agar pengaderan segera selesai, segera agar mereka tidak lagi terikat dengan segala macam agenda yang diberikan. Memang ada yang berpendapat bahwa pengaderan itu seru, lantas kenapa ingin segera diluluskan? Bahkan pendapat ini sempat saya dengar secara langsung dari panitia pengaderan, "Pengaderan itu seru sebenarnya dek, tapi kalau disuruh balik kemasa-masa itu lagi ya nggak mau lah, hehe," selorohnya. Hal ini seolah menyiratkan sesuatu bukan?
Beberapa hal mulia yang menjadi tujuan pengaderan bahkan kadang berbalik 180 derajat. Sebagai contoh, bukannya membuat maba merasakan hangatnya kekeluargaan dalam angkatan justru membuat seseorang merasa terasing dalam angkatannya sendiri. Masalahnya sederhana, dengan padatnya agenda yang diberikan, beberapa terpaksa memilih mengesampingkan agenda pribadinya, namun ada juga yang memilih untuk kukuh dengan kepentingan di luar pengaderan. Selanjutnya tinggal menunggu waktu untuk dianggap egois, apatis, tidak solid dan sebagainya. Bayangkan bila tidak ada yang semacam itu, maka anggapan itu mungkin tidak akan pernah muncul.
Tak sebatas pengaderan, penugasan akademik yang sedikit banyak berbeda dengan masa putih abu-abu juga turut berkontribusi dalam menyita waktu yang ada. Berbagai adaptasi pastinya diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Meski begitu, kabar angin dari para senior malah menyebutkan bahwa semakin bertambah semester, jadwal akademik justru akan semakin berat. Meski begitu hal itu mungkin sebanding dengan berakhirnya fase pengaderan.
Kemudian, haruskah mengurangi kuantitas kegiatan yang diikuti demi menambal agenda-agenda tersebut tetap berlangsung? Apakah ada jaminan bahwa dengan membuang agenda asli kita, angkatan akan solid? Mungkin saja. Tapi haruskah sampai seperti itu? Tentunya setiap individu punya cara tersendiri dalam menjawabnya. Yang terpenting adalah jangan sampai terlalu ambisius dengan kepentingan pribadi, tetap luangkan waktu untuk angkatan.
Padatnya agenda itu pasti. Sedemikian cepatnya waktu berlalu juga pasti. Maukah kau kuceritakan satu lagi hal yang pasti, agenda yang padat serta waktu yang berlalu dengan cepat sebenarnya bukan melulu hal yang buruk. Bahkan, hari-hari yang dilaui tanpa adanya kegiatan, hanya berdiam diri, bisa jadi jauh lebih buruk. Yang pasti silakan sibukan dirimu dengan segala macam kegiatan positif, sehingga meski aliran waktu berlari dengan cepatnya, semuanya bermanfaat dengan maksimal, tidak ada yang terbuang sia-sia. Perkara ada agenda yang tidak selesai, itu urusan lain. Bisa jadi karena memang 24 jam itu kurang, namun yang lebih mungkin adalah karena kurang bisa membagi waktu.
Rifqi Nur Mukhammad
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri
Angkatan 2015
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)