ITS News

Kamis, 14 November 2024
25 November 2015, 21:11

Momen Lima Menit Untuk Lima Tahun

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pemuda adalah rahasia kekuatan suatu negara. Kaum muda selalu diidentikan dengan intelektualitas, idealisme, semangat juang tinggi, masih terbebas dari kepentingan golongan-golongan tertentu dan yang paling utama adalah sebagai agen perubahan bangsa. Agen perubahan zaman ini bukan mengangkat senjata secara langsung melawan para penjajah, tidak hanya sekedar turun ke jalan mengkritisi pemerintahan. Dalam cakupan yang sederhana pun, secara nyata kita dapat berperan sebagai agen perubahan bangsa ini. Bagaimana ?

Sebentar lagi, negeri ini akan kembali merayakan pesta demokrasi yang dibingkai dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), serentak dilaksanakan pada Rabu (9/12) mendatang. Nah, di sini waktunya kita menjadi agen perubahan. Kita ambil peran untuk memilih calon yang nantinya akan memimpin negeri ini. Menyuarakan hak suara kita, yang berpengaruh pada nasib bangsa esok hari.

Seorang pemimpin adalah cerminan dari rakyatnya, ketika para pemimpin dipilih oleh para idealis, intelek maka akan lahir pemimpin yang ideal untuk lima tahun ke depan. Permasalahannya sekarang adalah sikap apatis pemuda yang semakin tinggi terhadap negaranya. Arus pemikiran yang terbawa kebarat-baratan, membuat kita tak sempat lagi berpikir untuk masa depan bangsa ini. Kalau kita yang katanya kaum intelek ini saja apatis, bagaimana dengan mereka di luar sana? Masih pantaskah kita disebut sebagai agen perubahan?

Sikap apatis ini muncul dari kekecewaan terhadap pemerintahan sebelumnya, korupsi mewabah, kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat, janji-janji palsu para calon ketika kampanye, membuat kita tidak puas dengan sistem yang ada. Jadilah kita Golongan Putih (Golput). Memilih untuk tidak memilih.

Sempat kesal ketika salah seorang teman, pada saat Pemilihan Umum Raya (Pemira) ITS kemarin bertanya, kenapa harus memilih? nggak takut kalau-kalau orang yang kita pilih ternyata berbuat salah, zalim terhadap pemilihnya? Kita juga kan yang dimintai pertanggung jawaban nanti.

Hey, tidak ada yang sempurna di dunia ini, kita manusia sangat jauh dari kata sempurna. Ya, nantinya kita juga diminta pertanggungjawaban, tapi dimana kita ketika pemimpin yang zalim itu terpilih? Dimana kita ketika ia dan orang-orangnya seenaknya mengambil kertas suara kita dan menggunakannya untuk kepentingan mereka? Apa yang sudah kita lakukan? Sudahkah kita menutup jalan mereka untuk terus maju atau kita hanya diam dibalik kekhawatiran yang belum pasti terjadinya. So, No vote no complain.

Sebagai kaum intelek, mahasiswa semestinya dengan bijak memberikan hak suaranya kepada calon yang mempunyai visi dan misi jelas, yang sesuai ideologi bangsa ini. Sebelum memilih kita harus cari tahu siapa calon yang kita pilih, agar tidak kecewa nantinya dengan pilihan kita. Jangan sampai kita seperti membeli kucing dalam karung, asal pilih saja.  Zaman sudah canggih, gadget di tangan dengan sekali sentuhan jari kita sudah bisa mendapatkan informasi tentang siapa dia, apa latar belakangnya, dan visi ke depannya. Harus selektif, sehingga untuk periode selanjutnya bangsa ini dapat berbenah.

Jadikan hak suara yang kita miliki sebagai senjata untuk memilih pemimpin yang paling bersih diantara carut marutnya wajah politik bangsa ini. Jadikanlah momentum lima menit untuk lima tahun sebagai wadah perjuangan mahasiswa mewujudkan perubahan bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik lagi.

Meita Afifah

Mahasiswi Lintas Jalur Jurusan Teknik Kimia

Angkatan 2014

Berita Terkait