ITS News

Jumat, 01 Agustus 2025
01 Januari 2016, 10:01

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kafilah MDBA ITS Mampu Tembus Semifinal

Membaca kalimat arab gundulan (tulisan arab tanpa harakat, red) bukanlah hal yang mudah bagi kebanyakan orang. Apalagi bila harus mendebat seseorang dengan bahasa arab, bisa anda bayangkan rumitnya. Namun Sepertinya hal itu tidak berlaku bagi  Syihabudin Rois dan Muhammad Fatih Amirudin. Pasalnya merekalah yang sukses mengantarkan ITS hingga babak semifinal pada cabang Debat Ilmiah Kandungan Al-Qur’an dalam bahasa Arab (MDBA) dalam ajang MTQ MR IV Jawa Timur yang bertempat di Universitas Trunojoyo Madura.

Sistem debat yang digunakan pada ajang ini sama dengan sistem debat dengan bahasa inggris yaitu British Parliamentary (BP). Format lomba dengan sistem ini dalam setiap sesi debat terdapat empat regu debat, dua regu mewakili pihak Government, yang terdiri atas Opening Government (OG) dan Closing Government (CG) dan dua regu sisanya mewakili pihak Opposition, yang terdiri atas Opening Opposition (OO) dan Closing Opposition(CO).

Pada babak penyisihan, tim ITS mendapat posisi kontra (menentang topik) untuk tema penutupan pabrik rokok. Sedangkan pada babak semifinal Rois mengungkapkan bahwa Ia mendapat posisi pro (mendukung topik) untuk tema pelaksanaan wajib militer. “Kendala utama yang kami rasakan bukanlah perihal tema, melainkan kelancaran bahasanya," terang alumni pondok pesantren Al- Mukmin ini.

Rois mengakui bahwa sepertinya belum ada komunitas untuk para debater bahasa arab di ITS, meski demikian Ia tetap optimis bahwa ITS mempunyai kapasitas menuju juara pada kompetisi selajutnya. “Kalau ingin mengenal islam secara mendalam, kenalilah bahasa arab. Sebab, bahasa arab adalah bahasa Al-Qur’an, pedoman umat islam," tutupnya. (qi)

Kafilah MDBI ITS Sukses Nangkring di Peringkat Kedua

Tergabung dalam sebuah komunitas bernama ITS Foreign Language Society (IFLS) membuat Muhammad Itqon Asyakari dan Rahmad Ananto Wicaksono terlampau mahir dalam memainkan kata-kata saat mendebat lawan-lawannya. Berbekal jam terbang yang lumayan tinggi, mereka sukses menorehkan predikat juara dua pada ajang Musabaqah Debat Ilmiah Kandungan Al-Qur’an dalam Bahasa Inggris (MDBI). Ajang ini merupakan salah satu cabang yang dilombakan dalam MTQ MR IV Jawa Timur. Kompetisi yang bertempat di Universitas Trunojoyo Madura ini berlangsung selama tiga hari sejak pada Selasa (19/7).

MDBI adalah kegiatan adu argumentasi antara tim yang mendukung topik (pro) dan tim yang menentang topik (kontra) terhadap permasalahan yang dibahas dengan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Sistem yang digunakan dalam debat ini adalah British Parliamentary (BP). Format lomba dengan sistem ini dalam setiap sesi debat terdapat empat regu debat dengan 2 regu mewakili pihak Government, yang terdiri atas Opening Government (OG) dan Closing Government (CG) sedangkan sisanya mewakili pihak Opposition, yang terdiri atas Opening Opposition (OO) dan Closing Opposition(CO).

Menurut Itqon, timnya diuntungkan pada saat penyisishan serta semifinal. Pasalnya, saat itu timnya mendapatkan peran kontra berturut-turut untuk topik larangan adzan menggunakan pengeras suara dan ketidaksesuaian aturan pada bank syari’ah. “Kondisi ini sangat menguntungkan bagi tim kami," jelas mahasiswa jurusan teknik kelautan ini.

Namun, dewi fortuna nampaknya tak lagi berpihak pada ITS menjelang babak final. Itqon dan Wicak diharuskan berperan sebagai pihak yang pro terhadap larangan pengadaan akta kelahiran untuk anak hasil dari hubungan diluar nikah. “Yang paling susah adalah babak final. Kami diharuskan menjustifikasi kenapa hak si anak boleh disakiti, padahal yang melakukan kesalahan adalah orang tuanya, selain itu hak si anak memang sudah terdzolimi sejak awal," curahnya. Meski demikian Itqon dan Wicak tetap mampu bertengger pada urutan kedua diantar empat finalis lainnya.

Menurut ketua komunitas IFLS ini, ada hal unik yang membedakan antara debat umum dengan debat kali ini. “Kita harus menyiapkan ayat, hadist bahkan hingga sirah nabawi untuk mendukung argumen kita. Hal ini berbeda dengan debat umum yang hanya mengandalkan logika sederhana yang sesekali diselingi beberapa data," jelasnya.

Bagi Itqon, menjadi kafilah ITS dalam ajang ini adalah sebuah pengalaman yang menyenankan dan bermanfaat. “Secara tidak langsung, dalam tanda kutip, kami dipaksa untuk mempelajari lebih banyak tentang Al-Qur’an dan Hadist Nabi," tuturnya. Ia merasa bahwa paksaan tersebut secara tidak langsung justru menambah wawasan keilmuannya.

Hasil Tak Pernah Mengkhianati Usaha

Dibalik mahirnya kafilah ITS dalam beradu mulut dengan kontingen lainnya, ternyata terdapat sebuah perjuangan yang keras dari mereka. Menurut Itqon, latihan intensif bukanlah hal yang asing bagi mereka, bahkan saat hari-hari biasa sekalipun. “Kalau mau lomba bisa latihan setiap hari hingga jam 12 malam, kalau hari biasa hanya 4 kali seminggu sampai jam sepuluh malam," ulasnya.

Memang tak ada hasil yang akan mengkhianati usaha. Usai beradu pada Ajang MTQ MR IV Jatim kamis lalu dengan perolehan fantastis, dalam waktu dekat ini Itqon juga akan kembali mengikuti kompetisi debat National Universities English Debate Championship (NUDC). “Alhadulillah ITS lolos final NUDC, Alhamdulillahnya lagi saya juga ikut dikirim," jelas mahsiswa berpostur tinggi ini.  (qi)

Berita Terkait

ITS Media Center > Berita Utama >