ITS News

Kamis, 14 Agustus 2025
12 Januari 2016, 20:01

Serius Pelajari Fosfor, ITS Gelar Kultam

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kuliah tamu (kultam) yang dibuka untuk umum ini turut menghadirkan Prof Jhy-Chern Liu dari National Taiwan University of Science and Technology (NTUST). Liu, sapaan akrabnya, membahas topik mengenai Penanganan Air Limbah yang Mengandung Fosfor.

Dalam pemaparannya Liu menegaskan bahwa hampir setiap air limbah yang dibuang ke perairan memiliki kandungan fosfor sekitar 80 persen. Kondisi ini menurutnya dapat mencemari lingkungan dan merusak ekosistem air. "Kandungan fosfor yang berlebih menimbulkan eutrifikasi yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan tanaman air seperti alga," terangnya.

Untuk memperjelas, Liu menunjukkan beberapa foto yang mendeskripsikan betapa mirisnya kondisi perairan di berbagai negara yang telah diselimuti oleh alga. "Peristiwa semacam ini disebut algae bloom. Air akan beracun dan dapat mengurangi populasi ikan di dalamnya," urai dosen jurusan Teknik Kimia ini.

Dari pengamatan yang ia lakukan, China merupakan negara dengan permasalahan algae bloom terparah di dunia. "Danau Tai merupakan danau yang paling sering bermasalah dengan eutrofikasi. Saat ini, algae bloom sudah menjadi peristiwa rutin di China," ujarnya.

Menurut Liu, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menanganinya yaitu melalui metode biologis dan endapan kimiawi. Dari dua metode tersebut, cara yang ia kuasai yaitu endapan kimiawi.

"Cara ini melibatkan reaksi Bikarbonat Alkanity. Menggunakan lime dengan ph lebih dari 10, kemudian rekarbonasi CO2 untuk penyesuaian ph sebelum digunakan," papar pria yang pernah berkuliah di Amerika Serikat ini.

Liu menambahkan, untuk proses pemindahan fosfor lebih lanjut, bisa juga dengan menggunakan reaksi kimia menggunakan unsur Al dan Fe. "Tapi, cara seperti ini sudah tidak populer lagi dan mulai ditinggalkan karena hasil pengolahannya tidak bisa digunakan lagi," jelasnya.

Bagi Liu, peran orang teknik dalam permasalahan ini bukan sebatas dalam menghilangkan kandungan fosfor saja. "Kita juga harus memikirkan cara untuk mengembalikan fosfor yang hilang tadi. Fosfor tidak dapat diperbarui, bukan tidak mungkin kita akan kehabisan fosfor dalam satu abad lagi," tukasnya.

Liu menuturkan bahwa kandungan fosfor ternyata bisa kembali ditemukan dalam endapan lumpur yang menempel pada saluran pipa pembuangan air. "Untuk memperolehnya tentu tidak mudah. Perlu orang yang cukup kuat untuk bisa membongkar pipanya terlebih dahulu," ungkapnya.

Untuk mempermudah pekerjaan, Liu menyarankan agar mencoba memanfaatkan perangkat lunak, seperti GEOCHEM, PHREEQC, dan lain-lain. Diakui Liu, Fosfor yang terbentuk dari Guano dan Apatite ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

Di akhir ia juga sempat bercerita mengenai Pulau Nauru, sebuah pulau batuan Fosfat yang terkenal akan kandungan Fosfor atau Guano di dalamnya. "Sewaktu saya muda, Nauru merupakan salah satu negara terkaya di dunia. Kita hanya perlu ambil batu dan menjualnya untuk bisa dapat uang," tutupnya. (fah/pus)

Berita Terkait