Penghargaan tersebut diberikan oleh penerbit jurnal ilmiah terkemuka, Elsevier dan Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD) dan The World Academy of Sciences (TWAS).
Dari ribuan peserta, penelitian dosen muda yang akrab disapa Fatma ini berhasil terpilih menjadi pemenang bersama dengan empat peneliti lain dari Uganda, Nepal, Peru, dan Yaman. Hal ini lantaran penelitiannya dinilai sangat berpotensi memberikan keuntungan bagi dunia kesehatan dan ekonomi.
Diakuinya, penghargaan tersebut membuatnya memiliki lebih banyak akses untuk berkiprah di dunia ilmu pengetahuan. "Alhamdulillah, saya banyak bertemu dengan peneliti dan orang-orang yang memegang jabatan strategis tentang riset di dunia karena partisipannya berasal dari 50 negara lebih," ungkap ibu dua anak ini.
Ini merupakan penghargaan internasional yang kesekian kalinya berhasil diraih Fatma. Sebelumnya, perempuan asal Madura ini juga meraih beberapa penghargaan bergengsi, di antaranya International Fellowship L"Oreal for Women in Science 2013 di Prancis dan Early Chemist Award 2015 di Honolulu, Amerika Serikat.
Dalam penelitiannya, Fatma menganalisa potensi medis dari penggunaan ekstrak jamur dan tanaman dalam obat herbal. "Tanaman tradisional Indonesia memiliki banyak potensi medis, sehingga kita harus berdoa dan berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi anak cucu kita," pesannya. (fah/pus)
Kampus ITS, ITS News — Informasi kehilangan barang di lingkungan kampus tentunya harus bisa diakses oleh seluruh sivitas akademikanya. Berangkat
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Islam Indonesia (UII) hadirkan kegiatan Focus
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya meningkatkan kualitas dan efisiensi sumber daya manusia (SDM), tim sivitas Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Konsistensi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam meningkatkan kualitas terbukti melalui capaian prestasi dengan menempati