Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, kelahirannya dibantu oleh seorang dokter umum bernama Angka Nitisastro. Proses kelahiranya memang tidak mudah, dengan penuh kerja keras barulah ITS dapat lahir. Bayi mungil ini kemudian dianugrahi nama belakang Sepuluh Nopember, yaitu tanggal terjadinya Pertempuran Surabaya.
Para pendirinya berharap suatu saat bayi ini dapat memayungi banyak orang dengan semangat para pahlawan. Lantas bagaimana perasaan mereka bila mendengar buah hatinya ini dikenal orang awam tidak sebagaimana mestinya? "Dimana nama Sepuluh Nopembermu nak? Kenapa orang-orang memanggilmu Institut Teknologi Surabaya?"
ITS bingung bagaimana harus menjelaskan hal ini pada mereka. Berbagai upaya telah dilakukannya untuk memberitahu orang-orang bahwa nama belakangnya bukanlah Surabaya, melainkan Sepuluh Nopember.
Program Ini Lho ITS! (ILITS), dengan hashtag #akusepuluhnopember ternyata hanya kehebohan "sesaat" di sosial media. Program tersebut masih belum cukup tangguh untuk memberitahu sebagaian besar masyarakat Indonesia. Baru masyarakat Indonesia, belum lagi masyarakat mancanegara.
Visi ITS sebagai perguruan tinggi bereputasi internasional harus dimulai dengan meraih reputasi nasional terlebih dahulu. Jadi, mari bersama membuka mata dan melihat sekeliling hingga kemudian tersadar bahwa institut yang selama ini menaungi kita masih belum cukup dikenal oleh masyarakat. Bangkit dari ranjang nyamanmu, perjuangkan nama dan reputasi institutmu!
Banggalah akan almamatermu. Siapa lagi yang akan membanggakan ITS bila bukan engkau kawan? Yakinlah suatu hari nanti kita akan setara. Tepis keyakinan bahwa kita akan selalu menjadi nomor dua. Bila setiap insan dari kita telah mampu merasa bangga akan almamaternya, dalam waktu dekat salah kaprah tentang nama ITS kemungkinan besar akan segera sirna.
Menjeritlah kawan! Katakan pada seantero dunia bahwa ITS itu kepanjangannya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, bukan Institut Teknologi Surabaya. Sepuluh Nopember itu Hari Pahlawan, makanya ITS dijuluki sebagai Kampus Perjuangan.
Arti Sebuah Nama
Mengutip ungkapan William Shakespeare, "Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi." Adalah sebuah kesalahan bila anda menafsirkan pernyataan diatas sebagai tidak pentingnya sebuah nama.
Shakespeare memang tidak sedang mempersoalkan arti sebuah nama. Ia sedang mengajak pembacanya merenungkan esensi, keaslian, atau hakikat sebuah materi, apapun namanya. Dan ini sama sekali tidak mengindikasikan bahwa nama itu tidak penting.
Shakespeare seolah ingin mengatakan bila bunga mawar dinamai bunga bangkai oleh orang yang pertama kali menemukannya, baunya akan tetap harum mewangi. Karena mawar secara fisik memang berbau wangi. Namun, bagaimana rasanya saat anda memberi sekuntum mawar pada seorang gadis, sedang ia berucap, "Terimakasih bunga bangkainya, kamu romantis banget deh," Canggung bukan?
Rifqi Nur Mukhammad
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri ITS
Angkatan 2015
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)