ITS News

Senin, 02 Desember 2024
20 Februari 2016, 17:02

Dilema Di Dunia Eksplorasi Migas

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hal itu terungkap dalam acara bertajuk Integrated Petroleum Exploration Exploitation, Rio, Exploration Geoscientist, mengungkapkan industri hulu migas bisa digambarkan seperti seseorang yang sedang melempar dadu. Bahkan, dalam satu kali eksplorasi industri dapat merogoh kocek hingga jutaan dollar Amerika.

Dalam acara yang di gelar Sabtu (20/2) itu, Rio menceritakan untuk melakukan pengeboran di titik yang diduga terdapat minyak dan gas, para geologi harus melakukan survei terhadap kondisi batuannya. Survei ini meliputi survei seismik, gravitasi, magnetik, elektromagnetik (CSEM), magenetotelluric, satelit technology, dan geochemisty technology.

Untuk mensurvei daerah seluas 4×2 kilometer persegi misalnya, perusahaan harus menggelontorkan dana tak kurang dari Rp 40 milliar. Setelah mendapatkan data kondisi bebatuan, para geolog mulai memperkirakan kandungan minyak dan gas yang terkandung. "Kalau hasil surveinya positif maka kita lanjutkan ke tahap berikutnya, kalau tidak, ya kita rugi 40 milliar," ujar Rio.

Jika diperkirakan terdapat kandungan minyak dan gas, maka tahap selanjutnya adalah memperkirakan nilai ekonomi ladang minyak tersebut. "Kalau dieksplorasi, pertimbangannya ladang minyak ini akan menguntungkan perusahaan atau tidak," tutur Pria yang bekerja di PT Pertamina EP ini. Apabila tak menguntungkan perusahaan, maka tentu saja aktivitas tersebut akan dihentikan, begitu pun sebaliknya.

Rio bertutur penentuan titik pengeboran harus dihitung dengan teliti karena hal tersebut berhubungan dengan tekanan dan temperatur dari batuan yang akan di tembus. Minyak dan gasnya pun berada di kedalaman yang tak menentu. "Bisa lebih dangkal atau lebih dalam," imbuhnya.

Bahkan, tak jarang perusahaan hulu migas melakukan pengeboran dan pulang dengan tangan kosong alias nihil keberadaan minyak di dalamnya. Padahal, untuk melakukan sekali pengeboran menghabiskan biaya senilai dua juta USD. "Ya sudah, 2 juta USD hilang. Perusahaan rugi," ungkapnya. Karena itu, ia tak heran bila sedikit sekali investor yang bermain dalam industri hulu migas. Selain risiko ketidakpastian yang tinggi juga modal yang dikeluarkan sangat besar. (bal/man)

Berita Terkait