ITS News

Kamis, 14 November 2024
21 Februari 2016, 09:02

Langkah Kecil Peduli Lingkungan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Salah satu aksi peduli sampah yang cukup menarik bagi saya adalah penetapan harga kantong plastik yang digunakan di beberapa pasar modern. Menurut saya, aksi ini cukup baik bila dilaksanakan dengan tertib dan teratur. Sebab, aksi serupa telah berbuah keberhasilan di beberapa negara maju.

Jika aksi ini berjalan dengan baik di beberapa pasar modern, lalu apa kaitannya dengan mahasiswa ITS? Selama dua setengah tahun saya berstatus mahasiswa ITS, saya lebih suka menghabiskan waktu belanja di minimarket hijau di sekitar kampus. Alasannya cuma dua, harga murah dan kesediaan barang.

Namun, ketika berbelanja, biasanya barang belanjaan akan dimasukkan dalam kantongan plastik. Terlebih jika belanjaan saya adalah makanan, pakaian, peralatan kuliah, dan perlengkapan mandi. Semua akan dibungkus dengan kantongan yang berbeda dan tidak ada harga untuk itu.

Semakin banyak jenis belanjaan saya, semakin banyak pula kantong yang saya dapatkan. Tetapi, seusai belanja, kantongan itu serta merta berubah status menjadi sampah. Satu satunya hal yang saya lakukan adalah membuangnya di tempat sampah. Saya mulai sadar dengan minimnya nilai fungsi yang saya manfaatkan dari kantong plastik tersebut. Karenanya saya pun mulai mengurangi penggunaannya.

Salah satu kebiasaan saya adalah membawa ransel kemanapun saya pergi. Ketika saya belanja saya lebih suka memasukkan belanjaan ke dalam ransel untuk mengurangi konsumsi kantong plastik. Saya pernah disenyumi petugas minimarket karena hal itu. Yang saya tahu, dia dan saya sama-sama bahagia. Tak ada yang salah dengan itu.

Mungkin saya bisa mengontrol penggunaan kantong plastik ketika saya berbelanja. Namun, saya tak dapat mengontrol penggunaan plastik bungkus makanan. Saya lebih suka menyebutnya sampah plastik minor. Salah satu kebiasaan saya adalah nongkrong di perpustakaan pusat ITS menunggu senja untuk belanja roti dan beberapa jenis makanan lainnya. Saya kira anda juga pasti tahu alasannya. Akan tetapi kebiasaan ini, membuat saya menghasilkan banyak sampah plastik minor. 

Buang Sampah Pada Tempatnya

Mengurangi kebiasaan makan belum menjadi solusi untuk mengurangi konsumsi plastik minor saya. Saya hanya bisa mengontrolnya dengan membuang sampah pada tempatnya. Saya cukup sedih dengan kebiasaan beberapa mahasiswa yang suka membuang sampah sembarangan.

Tak jarang saya melintasi teras perpustakaan pada malam hari ataupun pagi hari sebelum jam kuliah. Banyak sekali sampah plastik bertebaran di sana. Fenomena ini juga saya temukan di kantin pusat, kantin jurusan, ataupun beberapa lokasi lainnya. Belum pernah saya temukan kantin yang betul betul bebas dari sampah jika tidak dibersihkan oleh petugas atau pedagang.

Mungkin karena terlalu menikmati makanan tersebut, sampai kehilangan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Beberapa orang lainnya juga terbiasa meninggalkan botol minuman di mejanya. Padahal, tempat sampah hanya berjarak lima meter dari tempatnya duduk.

Saya yakin kebiasaan membuang sampah pada tempatnya sudah diajarkan pada setiap murid di bangku sekolah dasar. Lalu kenapa mahasiswa tak juga ‘lulus’ dalam hal ini? Menurut saya jawabannya adalah budaya.

Sikap percaya diri pada mahasiswa ITS biasanya diukur dengan kemampuannya melakukan presentasi, berbicara di depan umum, ataupun memenangkan sebuah negosiasi. Namun, tak jarang kalah dalam mematikan ego untuk mengajarkan budaya membuang sampah pada temannya.

Saya menemukan teman yang mau membuang sampah pada tempatnya ketika ia sendirian. Namun, ketika sedang cangkruk bersama temannya kebiasaan itu seakan mati suri. Percaya atau tidak, mengajarkan kebiasaan baik bagi komunitas anda, cukup efektif menumbuhkan sikap percaya diri.

Gunakan Botol Minum

Salah satu kebiasaan kurang baik mahasiswa ITS adalah membeli air putih dalam kemasan botol plastik. Kebiasaan ini sangat banyak menghasilkan sampah botol plastik di kampus. Jika satu mahasiswa membeli satu botol air putih setiap harinya, bisa dibayangkan berapa ribu botol plastik yang terbuang setiap hari di area kampus ITS.

Kebiasaan saya minum air putih tak bisa saya hilangkan ketika berkuliah di ITS. Apalagi, lingkungan Surabaya sangat memaksa saya untuk minum air lebih banyak dari biasanya. Karenanya, saya lebih suka membawa botol minum pribadi ke kampus. Selain saya menghemat uang untuk membeli air minum, saya telah berkontribusi mengurangi sampah plastik.

Saya masih ingat ketika Dies Natalis ke-54 tahun lalu, ITS membagikan ribuan tumbler pada mahasiswa. Hal yang sama juga terjadi ketika ITS menggelar TEDx dua tahun silam. Kedua acara ini sama-sama bertujuan mengurangi konsumsi botol plastik di dalam kampus.

Lagi, ketika saya berstatus sebagai mahasiswa baru, saya sangat bangga dengan adanya keran air minum di dekat parkir BAAK. Saya pikir, ini juga berguna mengurangi budaya membeli minuman dalam bentuk botol. Tetapi, setelah dua tahun, saya merasa kehadirannya tak cukup berpengaruh bagi saya. Mungkin keberadaannya kurang strategis untuk menjangkau lebih banyak mahasiswa, atau bahkan kesendiriannya membuat mahasiswa tak terlalu sering mengisi ulang botol minumnya. Soal kualitas airnya, tak pernah saya ragukan.

Saya juga sangat mengapresiasi langkah efektif mahasiswa Jurusan Teknik Kimia yang menyediakan layanan isi ulang air minum. Saya pikir langkah ini sangat berpengaruh mengurangi konsumsi botol minum di jurusannya. Sebab, mahasiswanya cukup membawa botol kosong ke kampus. Selama ngampus, mereka bisa mengisi botolnya kapanpun mereka mau. Kalaupun dibebankan harga tiap isi ulang, percayalah harganya lebih murah dari air botol bersegel anda.

Berbagai langkah kecil di atas mungkin sangat mudah dilakukan mahasiswa ITS. Tetapi saya menantang anda melakukannya secara rutin setiap harinya. Jika anda berhasil melakukannya, anda adalah bagian dari generasi hijau kampus perjuangan.

Adven FN Hutajulu

Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi

Angkatan 2013

Berita Terkait