Ditemui setelah kompetisi berlangsung, Mahasiswa yang akrab disapa Kiki itu menjelaskan tentang konsep KTI-nya. Yakni mengusung ide tentang pelabuhan apung yang dibangun ditengah lautan dan menjadi rumah singgah atau transit bagi nelayan-nelayan yang melaut hingga larut malam. Ide tersebut muncul juga atas dasar dilarangnya proses bongkar muat (transhipment) di tengah lautan yang tercantum dalam Permen No 57 Tahun 2014.
"Para nelayan tidak perlu lagi kembali ke daratan untuk membongkar muatan atau menjual ikannya dan kembali ke laut pada sore harinya," ujar Mahasiswa Teknik Kelautan ITS itu. Baginya, kembali lagi ke daratan hanya akan menghabiskan bahan bakar dan berujung pada sedikitnya pendapatan yang diperoleh nelayan. "Para pengulak ikan akan menuju ke tengah lautan untuk membeli ikan-ikan dari nelayan, transaksi pun berada di pelabuhan tersebut," tutur Rizky.
Fasilitas yang tersedia di pelabuhan apung itu pun terbilang lengkap. Diantaranya yaitu rumah singgah bagi nelayan, cold storage untuk tempat penyimpanan ikan, pengisian bahan bakar, dermaga, dan lain sebagainya. "Terkadang nelayan harus membawa bongkahan es yang sangat besar dan berat untuk menjaga kualitas ikan-ikannya," tutur mahasiswa berkacamata angkatan 2013 tersebut.
Rizky mengaku bahwa konsepnya tersebut menjadi solusi jitu dalam transhipment dan trading di tengah lautan. Apalagi, terkadang nelayan juga harus bongkar muatan di tengah lautan dan kegiatan bongkar muat itu turut menurunkan kualitas ikan. "Serta untuk mengatasi larangan (transhipment) di tengah lautan," tutur Rizky.
Tak hanya nelayan, polisi-polisi patroli pun dapat menggunakan pelabuhan terapung tersebut untuk tempat peristirahatan sementara. "Pelabuhannya dapat digunakan oleh siapa saja yang membutuhkannya ketika di tengah lautan," ungkap Rizky.
Tahap Persiapan
Ketika ditanya mengenai persiapan lomba, keduanya mengaku jika persiapan presentasinya terbilang mendadak. "Kami baru diberi kabar masuk tahap final hanya H-7 hari. Biasanya minimal 10 hari-an lah," ungkap Rizky.
Semua kebutuhan mulai dari persiapan x-banner, visualisasi video, slide presentasi, dan lain sebagainya mereka kerjakan selama lima hari. Hal itu dikebut mengingat sehari sebelum presentasi, mereka sudah harus berada di Unissula. "Sempat minder dengan peserta lain yang terlihat cukup matang dalam mempersiapkan presentasi, seperti adanya maket, alat peraga, dan lain sebagainya," tutur Rizky.
Dirinya mengaku bahwa presentasinya terbilang sederhana, hanya menggunakan visualisasi video saja. "Waktu itu sempat ditanyai sama juri saya jurusan apa, saya jawab saja Teknik Kelautan. Juri-jurinya langsung berkata, ‘pantas saja kamu paham betul tentang struktur bangunan di laut, dari ITS pula. ITS memang bagus di sektor maritimnya," ungkap Rizky menirukan pujian jurinya terhadap ITS.
Pertanyaan yang paling susah dijawab yaitu mengenai pola sosial yang ada di pelabuhan apung miliknya. Ia menceritakan bahwa terdapat tiga juri penguji. Dua diantaranya berlatar belakang teknik, jadinya kami dengan lancar bisa menjawab. "Namun, salah satu juri yang lain background-nya ekonomi dan kami benar-benar memutar otak untuk menjawabnya," pungkas Rizky. (oti/akh).