Tim yang dimotori oleh Muhammad Agung Almi, Ika Yuni, Rifky Putra, Regia Puspitasari, dan Timotius Giovandi tersebut mengembangkan prototype mobil dari Spektronics IX. Agung, ketua tim dari SP XI menjelaskan bahwa ada perubahan sistem yang baru dari prototipe mobilnya.
”Kami menambahkan sistem stopping mechanism yang belum pernah ada di prototipe mobil Spektronics sebelumnya. Sistem stopping tersebut menggunakan Hidrogen Peroksida (H2O2) dan Besi (III) Klorida (FeCl3) sebagai reaktannya," terang Agung. Ketepatan jumlah senyawa Hidrogen Peroksida juga disinyalir menjadi kunci utama dalam kemenangan SP XI.
Sebelumnya, tim telah berkali-kali melakukan percobaan terkait jumlah senyawa yang pas. "Sesering mungkin kami mengambil data sejak tiga hingga empat bulan yang lalu sehingga kami sudah siap bertanding," terang Agung. Dirinya juga menjelaskan bahwa H2O2 berkaitan dengan kecepatan prototipe selama bertanding, sedangkan FeCl3 berkaitan dengan waktu yang ditempuh, semakin pekat FeCl3, waktu yang ditempuh semakin lama.
Tak hanya stopping mechanism, namun juga sistem baterai yang menjadi keunggulan dari prototipe SP XI. "Kami membuat baterai sendiri yang terbuat dari aluminium dan oksigen dengan oksigen alam sebagai reaktannya," terang mahasiswa Jurusan Teknik Kimia tersebut. Oksigen alam tersebut menjadi nilai tambah tersendiri bagi tim dalam penghematan bahan bakar.
Tak setengah-setengah, baterai tersebut berhasil menghasilkan daya hingga 8,5 volt dimana daya tersebut menjadi daya terbesar yang dihasilkan dibandingkan dengan prototipe lainnya. Tim menamakan baterai buatannya dengan Aluminium Air Battery.
Alhasil, tim SP XI berhasil menyabet posisi pertama dalam kompetisi Chem E Car 2016 dengan error hanya 0,01 dan yang paling mendekati garis finish. "Mobil kami paling mendekati garis finish dengan jarak 10,99 meter dengan jarak tempuh yang seharusnya 11 meter," terang Agung. Di posisi kedua disusul oleh Bharatawijaya dari Universitas Brawijaya. (oti/ao)