Jika biasanya pengunjung harus datang dari jauh untuk melihat benda peninggalan sejarah, kini mengunjungi museum bisa dilakukan secara digital. Museum virtual memungkinkan masyarakat untuk menikmati berbagai artefak di Museum Mpu Tantular secara panoramik atau interaksi multimedia tiga dimensi.
Pengunjung seolah-olah bisa menyentuh benda virtual itu dengan tangannya, bahkan juga mengambil benda dan berjalan menuju tempat lain. Benda-benda koleksi dalam museum juga dapat dieksplorasi dengan lebih bebas dan leluasa oleh para pengguna di museum virtual. Hal ini karena tampilan virtual tidak terbatas waktu, dan tentunya tanpa risiko merusak benda museum melalui interaksi pengguna.
Namun, teknik penyajian untuk interaksi 3D memerlukan perangkat khusus, seperti Head Mounted Display (HMD) yang memerlukan perangkat Google Carboard plus peranti telpon pintar berbasis Android atau monitor 3D. Menyaksikannya pun juga butuh kacamata 3D baik pasif maupun aktif. "Namun penyajian ala panoramik dapat dinikmati di situs web biasa, demikian pula nantinya video youtube 360," ujar pria yang menamatkan magisternya di Tohoku University ini.
Tidak semua bagian Museum Mpu Tantular akan disajikan dalam bentuk virtual. Bagian yang diprioritaskan adalah konten yang dinilai memiliki potensi bagus dan indah untuk disajikan secara virtual 3D multimedia. Namun, kata Surya, tidak menutup kemungkinan penyempurnaan di masa depan, apabila ada kerjasama dalam hal teknologi darinya dan pengembang konten di museum.
Museum Mpu Tantular dipilih karena kekayaan koleksinya yang unik. Sebagai seorang peneliti dari ITS Surabaya yang berlokasi di Jawa Timur, Surya menganggap Museum Mpu Tantular merupakan pilihan yang praktikal. Namun, bukan berarti bahwa museum lain tidak mendapatkan porsi perhatian. "Rencana kami dalam waktu dekat akan menggarap museum Trowulan yang merupakan aset nasional," pungkasnya.
Saat ini, tim museum virtual tengah melanjutkan pengembangan interaksi gerakan tangan dan jemari dalam museum virtual HMD 3D. Surya juga mengaku dirinya sedang mencoba merintis kerjasama dengan program digitalisasi warisan budaya di berbagai negara yang sudah lebih dulu melakukannya. Misalnya dengan Austria yang terkenal dengan peninggalan arsitekturnya.
Kampus ITS, ITS News —Tim Barunastra Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih juara pertama
Kampus ITS, ITS News — Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (FDKBD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Creabiz
Kampus ITS, ITS News — Proses berpikir desain atau design thinking merupakan suatu fundamental penting dalam merancang aplikasi yang
Kampus ITS, ITS News — Kembali menyuguhkan inovasi terkini, tim robot Banyubramanta dan Bayucaraka dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember