Dr Surya Sumpeno ST MSc mengungkapkan, warisan budaya baik fisik maupun non fisik kini makin pudar. Warisan kebudayaan non fisik seperti tarian dan lagu kurang diperhatikan. Nasib warisan budaya fisik ternyata juga tidak lebih baik. "Bangunan, artefak dan benda bersejarah juga kurang memperoleh atensi dari para peneliti Indonesia sendiri," ujar Surya.
Di Indonesia, museum seakan identik dengan gudang penyimpan barang-barang tua yang usang, kumuh dan tak menarik. Sehingga anak-anak generasi sekarang enggan mengunjunginya. Padahal melalui museum generasi sekarang dapat mempelajari budaya dan tidak melupakan asal muasalnya. "Kita dapat menyadari betapa kayanya bangsa ini dan menghormati perbedaan budaya yang beranek ragam," jelas Surya.
Sering dengan berlalunya waktu, benda peninggalan warisan budaya tersebut semakin rapuh dan tidak dapat dengan mudah untuk dieksplorasi. Untuk itulah museum virtual dibuat. "Untuk membuat dokumentasi digital agar museum bisa berkisah kembali," ungkapnya.
Surya sendiri mulai tergerak menggarap proyek museum virtual setelah mengerjakan beberapa penelitian sebelumnya. Yakni Text to Speech (TTS) pembangkit ujaran untuk Bahasa Indonesia dan penangkap gerak (Motion Capture/MoCap, red) untuk tarian tradisional adalah salah satunya.
Banyak negara sudah melakukan dokumentasi digital terhadap kebudayaan tradisionalnya, Malaysia misalnya. Di Indonesia, tidak banyak peneliti yang menaruh perhatian terhadap warisan budaya. Padahal, banyak peneliti asing yang menaruh perhatian besar untuk warisan budaya Indonesia. "Contohnya pada Text To Speech (TTS), Bahasa Indonesia sudah lama menjadi salah satu sasaran dari perkembangan teknologi Google Speech," ujar pria yang menyelesaikan gelar doktornya di ITS ini.
Surya berharap museum virtual akan memicu munculnya kesadaran dari kalangan pengembang TIK atau pengembang konten untuk turut memelihara, melestarikan dan memajukan kebudayaan sendiri. Kita sudah melihat bagaimana robot canggih yang maju dan mendunia dari animasi Jepang, dipadukan dengan budaya klasik seperti samurai dan jurusnya. "Jepang mampu mengekspor budaya, mengapa Indonesia tidak?" pungkasnya. (gol/guh)